PERINTAH KETIGA ( BAGIAN 1 )

awan siang Copy

[AkhirZaman.org] Keluaran 20:7., “ Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN tidak akan menganggap orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan, tidak bersalah. ” [NKJV yang diindonesiakan].

Nah, dalam pelajaran kita, saya ingin membahas tiga isu khusus mengenai perintah ini.

1. saya ingin kita membahas makna dari perintah ini.

2. kedua kita akan membahas jangkauan perintah ini.

3. saya ingin mengkhususkan sebagian besar dari waktu ini untuk berbicara tentang implikasi akhir zaman, implikasi nubuatan perintah yang ketiga ini.

Pertama-tama marilah kita berbicara tentang “nama” itu. Kita perhatikan, dikatakan di sini, “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan…” Sekarang, nama Tuhan sesungguhnya adalah ungkapan karakterNya. NamaNya adalah suatu indikasi siapa Dia itu. Maka, bersama dengan namaNya, juga ada reputasiNya karena nama itu merupakan refleksi siapakah Dia, refleksi dari karakterNya. Saya ingin membacakan beberapa ayat di mana kita lihat itu dinyatakan dengan jelas.

Keluaran 33:19 berkata demikian, “Tetapi firman-Nya: ‘Aku akan membuat semua kebaikanKu lewat di depanmu dan Aku akan mengumandangkan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.’” [NKJV yang diindonesiakan]

Jadi kita lihat di sini, Tuhan berkata bahwa Dia akan mengumumkan namaNya, tetapi apa yang diumumkanNya adalah kebaikanNya, dan faktanya bahwa Dia mengasihani dan penuh kasih karunia. Dengan kata lain, mengumumkan namaNya adalah mengumumkan karakterNya. Maka namaNya adalah sesuatu yang sangat serius karena namaNya merefleksikan siapa Dia.

Nah, menurut Firman Tuhan, nama Tuhan itu sangat mengagumkan.

Perhatikan Mazmur 99:3, di sini Tuhan mengundang umatNya dengan berkata, “Biarlah mereka memuji nama-Mu yang besar dan mengagumkan: Kuduslah Ia.” [NKJV yang diindonesiakan]

Juga di Mazmur111:9 kita mendapat tahu, “Dia telah mengirimkan penebusan kepada umat-Nya, Dia menegakkan perjanjian-Nya selamanya; kudus dan mengagumkan itulah namaNya.” [KJV yang diindonesiakan]

Perhatikan bahwa nama Tuhan itu kudus, nama Tuhan itu mengagumkan. Nama Tuhan merupakan indikasi karakterNya, siapakah Dia. Itulah sebabnya kita harus sangat berhati-hati dengan cara kita memakai namaNya.

Jadi kita lihat bahwa perintah ini berbicara tentang nama Tuhan, kemudian kita diberitahu bahwa kita harus berhati-hati jangan memakai Nama tersebut dengan sembarangan.

Sekarang, pertanyaannya adalah, apa makna kata “memakai”? “Memakai namaNya”. Nah, kita tahu saat seorang anak dilahirkan, anak itu memakai nama keluarganya. Saya punya dua anak, kedua-duanya adalah Bohr, Jennifer dan Steve. Dengan kata lain, ketika mereka lahir, mereka memakai nama keluarga. Begitu juga pada waktu kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, kita memakai nama Kristen. Dengan kata lain, kita mengidentifikasi diri kita dengan pemilik nama tersebut. Tentu saja pemilik nama itu ingin kita merefleksikan makna nama tersebut dalam hidup kita.

Nah, bila saya berbicara atas nama Tuhan, sesungguhnya saya berbicara untuk Dia karena saya sedang memakai namaNya. Maka jika saya berkata saya seorang Kristen atau seorang pengikut Tuhan, kehormatan Tuhan sedang dipertaruhkan karena saya memakai namaNya, saya mewakiliNya, dengan kata lain saya berbicara untukNya. Pasti kita pernah mendengar ungkapan “dia telah memalukan nama keluarga” atau ungkapan seseorang “telah merusak nama baik saya.” Dengan kata lain pada waktu kita memakai nama Tuhan, kita diwajibkan memastikan bahwa hidup kita mencerminkan makna nama itu, apa yang diwakili oleh nama itu. Jika kita memakai nama tersebut tetapi hidup seperti setan malah akan menjelekkan Tuhan. Itu merupakan cermin, katakanlah, dari karakter Tuhan.

Maka di dalam perintah ini kita lihat bahwa kita diwajibkan bersikap sangat hati-hati dalam memakai nama Tuhan, Allah. Memakainya secara apa? Secara sembarangan.

Nah, apa maksud kata “sembarangan”?

Saya mencari setiap referensi di dalam Perjanjian Lama yang memakai kata Ibrani ini dan pada dasarnya apa yang dimaksud oleh kata tersebut adalah memakai nama itu tanpa memberinya arti, memakainya dengan sia-sia.

Misalnya kata itu dipakai di Mazmur 60:11 di mana kita mendapat tahu bahwa “…sia-sia pertolongan dari manusia…” Dengan kata lain, pertolongan manusia tidak ada gunanya. Kata “sia-sia” berarti tidak ada gunanya.

Kata itu juga dipakai di Yesaya 1:13 di mana kita mendapat tahu bahwa Israel membawa “kurban-kurban yang tidak bermakna” dengan kata lain korban-korban yang tidak berarti, kurban-kurban yang sia-sia, yang tidak berguna.

Dan kira-kira itulah sebabnya mengapa NIV menerjemahkan perintah ini demikian, “Jangan kamu menyalahgunakan nama Tuhan.” Artinya memakai nama Tuhan sembarangan, memakai namaNya tanpa berpikir, artinya memakai namaNya dengan sia-sia. Kalau begitu perintah ini sangat luas.

Izinkan saya membagikan kepada kita beberapa implikasi individual dari perintah ini sebelum kita membahas dimensi nubuatan akhir zamannya.

· Perintah ini melarang orang memakai kata-kata umpatan, nama Tuhan sebagai umpatan.

· Perintah ini melarang pemakaian nama Tuhan dalam pembicaraan sehari-hari yang umum.

· Perintah ini melarang pemakaian nama Tuhan dalam hymne (lagu-lagu pujian) pada waktu pikiran kita tidak ada pada apa yang sedang kita nyanyikan.

· Termasuk mengucapkan doa-doa, doa yang diulang-ulang di mana kita memakai nama Tuhan tetapi sebenarnya kita tidak memikirkan apa yang kita katakan dalam doa-doa kita.

· Termasuk mengklaim nama Tuhan namun dalam hidup kita, kita menolak karakterNya.

· Termasuk bersumpah dengan nama Tuhan, mengucapkannya di pengadilan lalu berbohong, itu menyangkut Tuhan karena seharusnya kita memakai nama Tuhan sebagai pertanda bahwa kita mengatakan yang sebenarnya.

· Termasuk memakai kata-kata kiasan seperti ~ dan saya menyebutnya di sini walaupun sesungguhnya itu tidak boleh ~ seperti “Gee” (lafal huruf G untuk God), “Gosh”, “my God”, “Golly” [semuanya berarti “astaga”]. Kita semua terjebak memakai kata-kata kiasan ini yang sebenarnya adalah kata-kata kiasan yang mengacu kepada nama Tuhan.

· Perintah ini juga mengenai membuat sumpah dalam nama Tuhan dan mengingkari sumpah itu.

· Juga termasuk menghujat nama Tuhan,

· dan juga termasuk bahwa sebenarnya di dunia tidak ada manusia yang boleh disebut “Reverend” [=Yang dihormati. Biasanya gereja-gereja Protestan menyebut pendeta mereka Reverend = Rev.] karena di Alkitab itu adalah nama Tuhan yaitu “kudus dan terhormat.”

alam-yg-sehat CopyJadi perintah ini sangat luas, termasuk banyak aspek dalam hidup kita. Dan jika kita melihat daftar yang saya sebutkan tentang pelanggaran-pelanggaran perintah ini, saya yakin kita semua pernah suatu waktu melanggar perintah ini. Perintah ini amat sangat luas.

Jadi perintah ini menyuruh kita berhati-hati dengan cara kita memakai nama Tuhan. Jangan memakainya tanpa makna. Jangan memakainya dengan sia-sia. Pastikan kita berpikir apa yang kita lakukan, hormati namaNya, karena namaNya Terhormat, namaNya Kudus.

Sekarang, saya mau mendedikasikan sebagian besar waktu saya malam ini untuk berbicara mengenai implikasi nubuatan perintah yang ketiga ini.

Nah, kita semua telah melihat di kitab Wahyu bahwa krisis akhir zaman di dunia terutama menyangkut ke-4 perintah yang pertama dari Hukum Tuhan, yang kita kenal sebagai loh/tablet Hukum yang pertama.

Misalnya, kita tahu bahwa Binatang Wahyu 13 akan menuntut untuk disembah. Ini merupakan pelanggaran perintah yang pertama yang berkata bahwa kita hanya boleh menyembah siapa? Tuhan.

Perintah yang kedua juga terlibat. Karena ada patung Binatang, dan binatang itu menyuruh semua orang menyembah patung tersebut. Alkitab berkata bahwa kita tidak boleh sujud di depan patung, patung buatan.

Kita semua tahu bahwa itu melibatkan juga perintah keempat, dan terutama perintah ke-4. Itulah sebabnya pekabaran malaikat pertama memberitahu kita bahwa kita harus menghormati sang Pencipta langit, bumi, laut dan mata air. Itulah sebabnya perintah itu menyuruh kita harus waspada terhadap penyembahan Binatang dan patungnya.

Biasanya kita tidak berpikir bahwa perintah yang ketiga ini terlibat. Oh, iya, penyembahan, patung, Sabat, semua itu jelas dinyatakan di kitab Wahyu, tetapi bagaimana dengan perintah ketiga dari Hukum Tuhan?

Saya akan membagikan beberapa kesaksikan alkitabiah yang sangat jelas bahwa perintah ini sangat terlibat dalam krisis terakhir. Dan saya ingin memulai dari perspektif konsep alkitab tentang seorang nabi yang sejati dan nabi yang palsu.

Pertama, saya ingin berbicara tentang seorang nabi yang sejati.

Seorang nabi sejati, adalah jurubicara Tuhan. Dengan kata lain, seorang nabi sejati berbicara atas nama Tuhan. Bahkan kata Ibrani נביא [nâbı̂y’ naw-bee’] dari mana kita memperoleh kata “nabi”, berarti seorang yang memberikan pengumuman atau seorang yang memberikan pernyataan, dan semua pelajar Alkitab yang sudah saya baca, berkata bahwa seorang nabi adalah orang yang mengumumkan atau menyatakan kata-kata Tuhan. Dengan kata lain, dia jurubicara Tuhan, dia mengklaim berbicara untuk Tuhan.

Di Perjanjian Baru, kata Greeka προφήτης [prophētēs prof-ay’-tace] dari mana kita memperoleh kata “prophet”[ = nabi] secara harafiah berarti “seseorang yang berbicara untuk orang lain”. Maka seorang nabi sejati menurut Alkitab mengklaim berbicara kepada umat atas nama Tuhan. Nah, di Perjanjian Lama berulang-ulang kita temukan referensi nabi-nabi yang mengklaim berbicara atas nama Tuhan, tetapi mereka ternyata nabi palsu. Dan katakanlah, berbicara tentang nubuatan, ini adalah memakai nama Tuhan dengan sembarangan yang paling parah yang kita temukan.

Contohnya, perhatikan kitab Ulangan 18:20, dikatakan di sini, “…Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani mengucapkan suatu perkataan…” sekarang, perhatikan ini, “… atas nama-Ku, perkataan yang tidak Kuperintahkan supaya dia ucapkan, atau yang berkata atas nama allah lain, nabi itu harus mati.”[NKJV yang diindonesiakan].

Perhatikan, seorang nabi yang mengklaim berbicara atas nama Tuhan, tetapi sebenarnya tidak selaras dengan Tuhan, di Perjanjian Lama nabi itu harus mati.

Perhatikan juga Yeremia 14:14, dikatakan di sana, “Jawab TUHAN kepadaku: ‘Para nabi itu bernubuat palsu dengan nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong, hal yang tidak berguna, dan tipu rekaan hatinya sendiri.”

Perhatikan lagi gagasan nabi palsu yang berbicara atas nama Tuhan.

Sekarang coba saya tanya, apakah nabi palsu itu memakai nama Tuhan dengan sembarangan? Ya atau tidak? Tentu saja.

Mari kita baca satu ayat lagi. Yeremia 23:25 tentang konsep nabi palsu, dan khususnya di dalam kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel ada banyak sekali referensi tentang ini. Di Yeremia 23:25 kita diberitahu, “Aku telah mendengar apa yang dikatakan oleh para nabi, yang bernubuat palsu atas nama-Ku dengan mengatakan: ‘Aku telah bermimpi, aku telah bermimpi’.”

Apakah nabi palsu bermimpi dan melihat khayal? Tentu saja.

Apakah mereka mengklaim berbicara atas nama Tuhan? Betul sekali.

Nabi yang sejati juga mengaku berbicara atas nama Tuhan.

Sekarang, pertanyaannya yang penting, bagaimana kita tahu apakah seorang nabi itu palsu atau sejati? Bagaimana kita tahu apakah nabi itu memakai nama Tuhan secara resmi dan berbicara untuk Tuhan, atau apakah nabi itu berbicara atas nama Tuhan tetapi sebenarnya menyampaikan khayal dan mimpi yang berasal dari dirinya, yang tidak diberikan Tuhan kepadanya. Bagaimana kita bisa tahu bedanya?

Dalam kitab Ulangan kita temukan jawabannya. Ulangan 13:1-5, ini adalah bacaan yang panjang tetapi sangat penting. Perhatikan ini, “Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, …” sekarang perhatikan, “… dan ia memberikan kepadamu suatu tanda atau mujizat, …” apakah kita lihat di sini bahwa ada nabi-nabi palsu yang memberikan tanda-tanda dan mujizat-mujizat? Sangat penting untuk mengingat semua hal ini karena nanti kita akan ke Perjanjian Baru. “…2 dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: ‘Mari kita mengikuti allah lain’, yang tidak kaukenal, ‘dan mari kita berbakti kepadanya’ 3 maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, menguji kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu…” dan sekarang perhatikan ujian tertingginya, “…4 TUHAN, Allahmu, harus kamu…” apa? Perhatikan sinonim-sinonimnya. “…harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus melakukan perintah-Nya, kamu harus melakukan perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut erat-erat…” Tahukah kita semua sinonim yang ada di sini? Mengasihi, takut, melakukan perintahNya, mendengarkan suaraNya, berbakti kepadaNya, berpaut erat-erat kepadaNya. Itulah yang diajarkan nabi yang sejati. Sekarang perhatikan apa yang dikatakan selanjutnya, “…5 Tetapi nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati karena Ia telah berbicara untuk mengalihkan kamu dari TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan–dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.” [NKJV yang diindonesiakan].

Jadi, pada dasarnya, seorang nabi sejati bisa melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tetapi dia mengajar umat Tuhan ~ karena dia muncul dari antara mereka ~ dia mengajar umat Tuhan agar mematuhi perintah-perintah Tuhan. Dia mengajar mereka agar takut kepada Tuhan, dan berjalan di jalan Tuhan, agar mengasihi Tuhan.

Di pihak lain, nabi yang palsu juga melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat tetapi pekabarannya palsu karena dia membawa umat Tuhan menjauh dari perintah-perintah Tuhan dan dari takut akan Tuhan, dan dari mengasihi Tuhan, dan dari mengikuti kehendak Tuhan dan mematuhi kata-kata Tuhan. Dengan kata lain, tolok ukurnya bukanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tetapi tolok ukurnya adalah apakah nabi itu mengajarkan kepatuhan kepada hukum Tuhan.

Sekarang saya mau kita perhatikan suatu bacaan yang sangat menarik yang kita dapati di Perjanjian Baru. Kita beralih ke Perjanjian Baru. Apakah ada orang-orang yang mengklaim sebagai nabi yang memakai nama Tuhan dengan sia-sia? Kita baru saja melihat itu di Perjanjian Lama. Apakah ada nabi-nabi yang memakai nama Tuhan tetapi mereka tidak berbicara dengan sia-sia, mereka tidak berbicara atas nama Tuhan dengan sia-sia? Tentu saja.

Sekarang marilah bersama saya ke Matius 7:15, kita akan melihat beberapa ayat, mulai dengan ayat 15, lalu ada beberapa detail yang mau saya garisbawahi. Harap kita ikuti alur pikiran ini.

Matius 7:15 berkata, “Waspadalah terhadap…” apa? “… nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan…” apa? “…menyamar seperti domba…” Di Perjanjian Lama domba melambangkan siapa? Yesus! “…yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah…” apa? “… serigala yang buas.”

Kita melihat bedanya? Di luar, mereka yang adalah nabi-nabi palsu ini, mereka tampil seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka apa? Serigala buas.

Nah, perhatikan Matius 7:21, apakah ini berbicara tentang nabi palsu model Jean Dixon? Sama sekali bukan. Ini berbicara tentang mereka yang mengaku sebagai pengikut Tuhan. Perhatikan ayat 21, “21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! …” apa mereka ini orang Kristen? Apakah ini yang mengaku sebagai orang Kristen? Tentu saja, karena hanya seorang yang mengaku Kristen yang akan memanggil Yesus, “Tuhan, Tuhan.” “…Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga…” Dan sekarang perhatikan ayat 22, “…22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku…” dan ketahuilah ini berbicara tentang akhir zaman, “…pada hari akhir…” pada hari penghakiman, “…Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat…” bagaimana? “…dalam nama-Mu…” apakah mereka ini nabi-nabi palsu? Ya, benar. Apakah penampilan mereka ibarat domba di luarnya? Ya. Apakah sebenarnya mereka serigala buas? Ya. Sekarang perhatikan, “…Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku ‘Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat dalam nama-Mu…” apakah mereka memakai nama Tuhan sembarangan, ya atau tidak? Tentu saja. “…dan mengusir setan…” bagaimana? “…dalam nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat…” bagaimana? “…dalam nama-Mu juga…” Apakah nabi-nabi palsu ini sepertinya memiliki karunia rohani yang sejati? Tentu saja, persis seperti nabi-nabi Perjanjian Lama yang melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Di sini ada sekelompok manusia yang penampilannya seperti domba di luarnya, tetapi di dalam mereka adalah serigala buas, mereka memanggil Yesus “Tuhan, Tuhan”, mereka mengklaim berbicara dalam namaNya, mereka melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.

Sekarang, pertanyaannya yang penting adalah, mengapa mereka ini dianggap palsu? Jika mereka berbicara dalam nama Yesus, jika mereka melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, masalahnya di mana?

Apakah kita ingat di Perjanjian Lama, nabi-nabi palsu ini dikenali karena mereka tidak mengajar umat Tuhan untuk mematuhi perintah Tuhan yang kudus dan mengikuti perkataanNya, untuk mengasihiNya dan takut kepadaNya dan menghormatiNya? Nabi-nabi yang palsu tidak mengajarkan itu. Hanya nabi-nabi yang sejati.

Sekarang saya mau kita lihat ayat 23, ini adalah ayat yang sangat penting, masih berbicara mengenai nabi-nabi palsu, dikatakan, “…23 Pada waktu itulah Aku akan menyatakan kepada mereka: Aku tidak pernah mengenal kamu!…” bahkan tidak sewaktu mereka sedang melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. “…Aku tidak pernah mengenal kamu. …” sekarang perhatikan, “…Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekita yang melakukan…” apa? “…yang melakukan pelanggaran hukum!” [NKJV yang diindonesiakan].

Apa karakteristik nabi-nabi palsu ini? Mereka mengklaim berbicara atas nama Yesus, mereka mengklaim mengusir setan dalam nama Yesus, mereka mengerjakan mujizat dalam nama Yesus, dengan kata lain mereka memakai nama Yesus tetapi mereka memakainya dengan sembarangan karena kita diberitahu bahwa mereka apa? Mereka melakukan pelanggaran hukum Tuhan.

(bersambung ke bagian kedua)

Stephen Bohr- THIRD COMMANDMENT part 1 ( diterjemahkan oleh S.Mara Gd )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top