1. Apakah Yang Telah Dijanjikan Oleh Allah Kepada Umat Manusia?
[AkhirZaman.org] Tulisan-tulisan Alkitab, sebagaimana yang telah kita ketahui, dibagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama dikenal sebagai PERJANJIAN LAMA, dan bagian yang kedua dikenal sebagai PERJANJIAN BARU. Apakah buku-buku Alkitab ini yang dimaksud dengan perjanjian-perjanjian Allah itu? Perjanjian-perjanjian Allah itu dicantumkan dalam buku-buku tersebut, tetapi buku-buku itu sendiri bukanlah perjanjian-perjanjian Allah itu.
Di dalam bahasa Inggris perbedaannya lebih jelas karena Perjanjian Lama dituliskan sebagai Old Testament, sedangkan Perjanjian Yang Lama dituliskan sebagai Old Covenant. Untuk Perjanjian Baru disebut sebagai New Testament, dan Perjanjian Yang Baru sebagai New Covenant.
Buku PERJANJIAN LAMA (Old Testamanet) ditulis sebelum kedatangan Yesus di dunia, dan buku PERJANJIAN BARU (New Testament) ditulis sesudah kedatangan Tuhan. Dalam hal ini, kedua buku itu mempunyai suatu perbedaan, tetapi perbedaan tentang waktu penulisan buku-buku itu, bukanlah perbedaan yang menjadi tujuan penyelidikan kita. Alkitab berbicara tentang dua perjanjian; yang pertama (yang lama) dan yang kedua (yang baru). Perbedaan yang ada di antara kedua perjanjian inilah yang perlu diketahui oleh setiap umat TUHAN, karena hal ini menyangkut masalah keselamatan.
“Oleh air, dunia yang ada pada waktu itu, telah digenang dan dibinasakan, tetapi langit dan bumi yang sekarang ini disimpan oleh firman yang sama bagi pemusnahan dengan api, terpelihara untuk hari pada saat mana orang-orang fasik akan dihukum dan dimusnahkan.” – 2 Petrus 3:6, 7 terjemahan Dr. James Moffatt.
Dalam ayat 13, telah dapat ditemukan janji Allah kepada umat manusia itu. Apakah isi janji itu berbeda dalam PERJANJIAN YANG LAMA dan PERJANJIAN YANG BARU? Nyatanya tidak. Perjanjian Allah yang lama kepada Abraham adalah sama dengan perjanjian Allah kepada kita yang hidup pada akhir zaman.
Kepada Abraham, Tuhan telah menjanjikan suatu negeri yang akan menjadi milik pusakanya turun-temurun (Kejadian 15:1-21). Kepada kita firman yang sama itu telah berkata bahwa bumi kita yang sekarang ini telah dipelihara bagi pembinasaan dengan api. Pada hari Allah yang maha besar itu, langit dan bumi akan hancur dan meleleh. Semua anasir (keseluruhan) bumi akan terbakar habis. Tetapi sesuai dengan janji Allah, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran; langit dan bumi yang akan diperintahkan oleh Yesus Kristus untuk selama-lamanya!
2. Apakah Abraham Telah Menerima Apa Yang Dijanjikan Allah Kepadanya Itu?
“Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui . . . Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah . . . Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari yang jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya.” – Ibrani 11:8, 10, 13.
Apabila ayat-ayat yang di atas ini kita baca dengan tenang serta memperkenankan Roh Allah menjamah perasaan hati kita, kita akan dibawa kepada suatu pengertian tentang hubungan yang ada di antara Allah dan anak-Nya dari dunia ini yang telah belajar untuk meletakkan hidupnya di dalam tangan penjagaan Tuhan.
Abraham telah menerima panggilan dari Allah. Abraham diminta untuk meninggalkan negeri leluhurnya dan berangkat menuju suatu tempat yang tidak ia ketahui letaknya. Ia diberi suatu perjanjian bahwa ia akan menerima sebuah kota yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Kota itu akan dijadikan milik pusakanya untuk selama-lamanya.
Karena IMAN saja, Abraham taat, lalu berangkat. Apakah yang telah dialami Abraham dalam mengikuti panggilan Tuhan? Apakah Abraham terhindar dari kesusahan dan ancaman-ancaman bagi keselamatan hidupnya? Setibanya di suatu tempat, Abraham bukannya menerima negeri yang telah dijanjikan Allah itu, tetapi Abraham harus menghadapi bahaya kelaparan di tempat itu, sehinggga ia harus pergi ke tanah Mesir.
Apakah yang telah terjadi di Mesir? Karena takut dirinya akan dibunuh oleh karena isterinya yang cantik, Abraham telah tergelincir dalam dosa berdusta (Kejadian 12:10-20). Tuhan telah berjanji untuk mewariskan kepadanya sebuah negeri yang berisikan kebenaran, tetapi gantinya melihat sebuah negeri yang penuh dengan keadilan dan damai, ia harus mengalami rasa takut di sebuah negeri orang asing, sehingga ia harus berdusta untuk menyelamatkan dirinya.
Abraham bukannya melakukan kesalahan ini satu kali saja. Ketika ia tinggal di Gerar sebagai orang asing, ia telah berdusta terhadap Abimelekh, raja Gerar, oleh karena hal yang sama (Kejadian 20). Abraham dijanjikan sebuah negeri untuk dijadikan miliknya sendiri untuk selama-lamanya. Tetapi, ia harus berulang-ulang kali tinggal di negeri orang asing tanpa melihat wujud janji Allah itu!
Akhirnya Abraham harus mati oleh karena usianya yang sudah sangat lanjut, dan Alkitab hanya dapat meninggalkan catatan sejarah dari hal dirinya sebagai seorang yang telah mati dalam iman tanpa “memperoleh apa yang dijanjikan itu”. Abraham hanya melihat kota Allah dari jauh melalui IMAN. Ia hanya dapat melambai-lambai kepada kota itu!
Itulah bagian yang harus diterima oleh seorang hamba Allah! Ia telah diberi janji, tetapi ia harus rela mengakhiri hidupnya di dunia ini, walaupun hanya menerima janji itu oleh imannya saja! Seorang hamba Allah hidup oleh iman. Ia tahu siapakah Allah! Ia tahu bahwa Allah berbicara dengan jangkauan yang sangat jauh dan bahwa hidup berimannya bukanlah hanya untuk dirinya saja. Seorang hamba Allah harus hidup oleh IMAN sehingga ia dapat menyalurkan imannya itu kepada keturunannya yang berikut. Iman disambung iman, dari satu generasi ke generasi yang lainnya, hingga akhirnya tibalah generasi yang sungguh-sungguh akan melihat janji Allah itu digenapi.