SERI PEMBELAJARAN TENTANG KEBENARAN OLEH IMAN (4): SEBUAH ILUSTRASI YANG AMPUH

Dibawakan oleh: Camron Schofield

Diterjemahkan oleh: G. Kadarman, Jr.

[AkhirZaman.org] Kita telah mempelajari bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat kita lakukan dengan benar. Perbuatan kita sendiri tidaklah cukup baik adanya untuk memenuhi tuntutan hukum. Tetapi Tuhan mengetahui akan hal ini dan Ia berjanji untuk melakukan seluruh pekerjaannya untuk kita. Ia sedang menunggu untuk kita boleh mengakui bahwa kita tidak mampu melakukan apapun dengan benar dan untuk memohon kepada-Nya untuk melakukannya bagi kita.

Dan kita juga telah mempelajari sesuatu yang sungguh luarbiasa – hukum itu tidaklah menginginkan penurutan kita! Ia menginginkan penurutan Allah! Maka dari itu jika Allah menginginkan kita untuk menghabiskan kekekalan bersama dengan-Nya, Ia PASTINYA harus memberi kita perbuatan-perbuatan-Nya. Dan Ia akan dengan senang hati melakukannya!

Sekarang, mungkin anda bertanya, bagaimanakah saya boleh tahu kalau yang bekerja dalam hidup saya adalah saya atau Tuhan? Saya memiliki dua jawaban bagi anda:

Pertama-tama, itu adalah pertanyaan bagus! Itu adalah pertanyaan yang harus selalu anda pertanyakan – Tuhan, ini aku atau Engkau? Apakah ini aku yang bekerja atau Engkau yang bekerja? Itu adalah pertanyaan yang bagus karena hal tersebut membuat anda menjadi lebih peka terhadap pekerjaan kita dan menjadi lebih berhati-hati akan siapa yang mengerjakannya.

Kedua, anda akan tahu ketika Tuhan yang mengerjakan adalah karena anda akan memiliki DAMAI. Anda akan melalui pencobaan yang paling gelap dan paling berat dalam hidup anda, tetapi jika Tuhan sendiri yang akan menghadapi situasi tersebut, anda akan memiliki kedamaian yang terus-menerus di dalam hati anda dan anda akan melihat ke dalam pengalaman tersebut dan berpikir, wow, pastinya itu bukan pekerjaanku! Dan saya dapat pastikan bagi anda bahwa ketika anda mulai untuk mengetahui hal-hal ini oleh pengalaman, anda akan tahu saat dimana anda yang bekerja – karena anda akan merasa stress! Ini sebabnya kita begitu stress akan banyak hal – hal itu terjadi karena kita mengandalkan diri kita sendiri untuk menghadapi suatu situasi dan kita tidak yakin bahwa kita dapat menghadapinya dengan benar, tetapi jika kita mempercayai Tuhan untuk menghadapi situasi tersebut, tidak akan ada beban, sebab kita tahu bahwa Ia akan menghadapinya dengan benar.

Saat ini, kita ingin mengilustrasikan apa yang telah kita pelajari sejauh ini dengan menggunakan ceritera Alkitab yang ampuh.

Bangsa Israel sedang berkelana di padang gurun dan tiba di gunung Sinai. Di sana Tuhan menyampaikan sepuluh hukum dengan petir dan gempa bumi dan orang-orang menjadi ketakutan.

Tahukah anda bahwa sebenarnya bukanlah rencana Tuhan untuk menyampaikan Sepuluh Perintah di Sinai?

Mari kita beranjak ke kitab Ulangan 5. Di sini Musa mengulang kembali ke-Sepuluh Perintah tersebut kepada bangsa itu, kemudian ia mengatakan hal ini di ayat yang ke-22:

Ulangan 5:22
Firman itulah yang diucapkan TUHAN kepada seluruh jemaahmu dengan suara nyaring di gunung, dari tengah-tengah api, awan dan kegelapan, dan tidak ditambahkan-Nya apa-apa lagi. Ditulis-Nya semuanya pada dua loh batu, lalu diberikan-Nya kepadaku.

Ayat ini seringkali dimengerti seolah-olah Allah menyampaikan Sepuluh Perintah, kemudian Ia tidak berkata apa-apa lagi. Tetapi pembacaan yang sebenarnya akan ayat ini adalah bahwa hukum ITU SENDIRI-lah yang ditambahkan. Ia hanyalah tidak menambahkan apa-apa lagi terhadap apa yang sudah Ia tambahkan.

Mungkin hal ini sangatlah sukar bagi anda untuk mengerti. Tetapi ikutilah pemikiran ini hingga usai, dan bagi anda yang memerlukannya, saya akan bagikan kepada anda pernyataan oleh Ellen White di mana ia mengukuhkan pernyataan ini.

Baca Galatia 3:19 bagian pertama:

Galatia 3:19, bagian pertama
Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran…

MENGAPA hukum itu ditambahkan? Oleh karena pelanggaran-pelanggaran. Bukanlah rencana Tuhan untuk menyampaikan kesepuluh hukum tersebut, TETAPI nyatanya Ia sampaikan, OLEH KARENA pelanggaran-pelanggaran. Jadi apakah pelanggaran-pelanggarannya?

Jika hukum itu DITAMBAHKAN dalam kitab Keluaran 20, maka kita dapat melihat pelanggarannya terjadi dalam Keluaran 19. Jadi, marilah kita baca mulai dari ayat 1-3 pasal itu.

Keluaran 19:1-3
Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga. Setelah mereka berangkat dari Rafidim, tibalah mereka di padang gurun Sinai, lalu mereka berkemah di padang gurun; orang Israel berkemah di sana di depan gunung itu. Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu kepadanya: “Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel:

Perhatikan ayat 2. Mereka telah tiba di Sinai dan mereka sekarang telah berkemah di depan gunung itu. Tolong simpan ini dalam ingatan.

Mari beranjak ke ayat 4:

Keluaran 19:4
Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.

Tuhan di sini meminta mereka untuk mengingat kembali apa yang Ia telah lakukan bagi mereka. Mereka telah diperbudak di Mesir. Dapatkah mereka membebaskan diri mereka sendiri? Tidak! Tuhanlah yang membawa mereka keluar. Mereka tiba di tepian laut merah sementara pasukan tentara Mesir berada tepat di belakang mereka. Dapatkah mereka menyelamatkan diri mereka sendiri? Tidak! Tuhan membelah laut merah dan menyelamatkan mereka. Mereka tiba di mata air pahit Mara. Dapatkah mereka membuatnya menjadi manis? Tidak! Tuhan-lah yang membuatnya menjadi manis. Dan Tuhan menurunkan hujan roti dari surga untuk mereka di saat mereka tidak mempunyai lagi makanan untuk dimakan.

Waktu demi waktu berulang ketika bangsa Israel berada pada situasi dimana mereka tidak dapat melakukan apa-apa untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. TIDAK SAMA SEKALI. Tetapi Tuhan, dalam kasih dan karunia-Nya yang besar, menyelamatkan mereka. Ia mengerjakan bagi mereka hal-hal yang mereka tidak dapat perbuat bagi diri mereka sendiri.

Dan sekarang di Sinai, Tuhan meminta mereka untuk mengingat akan hal ini.

Sekarang mari kita baca ayat 5 dan 6:

Keluaran 19:5-6
Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.

Tuhan berkata, jika kamu berpegang pada perjanjian-KU, kamu akan menjadi bangsa yang kudus. Apa ini artinya? Itu berarti bahwa mereka akan menjadi bangsa yang tanpa dosa – dimana semua orang akan menghidupkan kehidupan yang sepenuhnya tanpa dosa.

Perjanjian apakah yang dimaksud oleh Tuhan? Perjanjian yang sama yang Allah buat dengan bapa-bapa leluhur mereka. Perjanjian yang sama yang Ia buat dengan Abraham.

Perjanjian apakah yang Ia buat dengan Abraham? Tuhan menjanjikan untuk menghapuskan dosa dari dalam hidupnya. Ketika Adam dan Hawa memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, Tuhan menjanjikan bahwa Ia akan menghancurkan sang ular – ular tersebut melambangkan dosa dan juga Setan. Keturunan-keturunan Adam yang tetap setia akan mempersembahkan seekor binatang di atas mezbah. Ini melambangkan Yesus Kristus yang akan menjadi “Domba Allah” yang akan menghapus dosa dunia.

Maka Tuhan datang kepada Abraham dan menjanjikan bahwa melalui keturunannya maka bangsa-bangsa di bumi akan diberkati. Ini adalah janji akan Yesus Krsitus – bahwa melalui keturunannya, dimulai dari anak yang akan lahir dari Sarah isterinya, sang Juruselamat akan nantinya dilahirkan, dan mengalahkan dosa dan menghancurkan Setan.

Tetapi Abraham memiliki sebuah masalah. Sarah isterinya, adalah mandul – adalah mustahil secara fisik baginya untuk memperoleh anak! Maka Abraham dan isterinya, memandang satu dengan yang lainya berkata, “Apa yang harus kita perbuat? Jika kita tidak memiliki anak, sang Juruselamat tidak akan pernah dilahirkan, dan kita tidak akan pernah mendapat pengampunan dan kelepasan dari dosa!” Maka mereka menjadi panik. Isteri Abraham menyarankan kepadanya agar ia memperisteri Hagar, pembantunya, agar boleh memperoleh anak. Dan ia lakukan. Maka Hagar memperoleh anak. Tetapi hal itu menghancurkan kedamaian dalam rumah tangga mereka.

Abraham dan Sarah membuat kesalahan yang sangat fatal. Dengan mengatur agar Abraham untuk tidur dengan Hagar, mereka sedang berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri oleh perbuatan mereka sendiri. Apakah anda tahu hal itu? Inilah SESUNGGUHNYA yang terjadi dalam ceritera itu!

Abraham telah mempelajari pelajaran yang begitu keras. Tetapi pada akhirnya ia belajar darinya. Apakah yang ia pelajari? Mari datang kepada kitab Roma 4:20-21:

Roma 4:20-21
Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang Ia telah janjikan.

Abraham belajar bahwa apapun yang Tuhan telah janjikan, IA SENDIRI-lah yang akan melakukannya.

Perjanjian yang Allah buat dengan Abraham sangatlah sederhana. Tuhan berkata, kamu akan memiliki anak, dan melalui anak itu, sang Penebus dunia akan dilahirkan. Abraham, setelah belajar dari pelajaran tersebut, hanya berkata demikian, “AMIN! Aku percaya kepada-Mu!” lalu pergi dan berhubungan intim dengan isterinya.

Maka di sini di Sinai, Tuhan menjanjikan bahwa bangsa Israel akan menjadi bangsa yang kudus – sebuah bangsa tanpa dosa! Dan apa yang Ia telah janjikan, IA SENDIRI-lah yang akan melakukannya. Apa yang bangsa Israel harus perbuat hanyalah untuk berkata, “Amin!” dan kembali kepada hari-hari saat mereka percaya bahwa Tuhan akan melakukan apa yang Ia telah katakan.

Tetapi bangsa Israel tidak melakukan hal itu. Apakah yang sebaliknya dikatakan oleh bangsa Israel?

Keluaran 19:7-8
Lalu datanglah Musa dan memanggil para tua-tua bangsa itu dan membawa ke depan mereka segala firman yang diperintahkan TUHAN kepadanya. Seluruh bangsa itu menjawab bersama-sama: “Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan.” Lalu Musa pun menyampaikan jawab bangsa itu kepada TUHAN.

Terdengar sebuah jawaban yang penuh komitmen dari sekelompok orang yang menunjukkan keyakinan penuh bahwa diri mereka sendiri akan dapat melakukan apa yang Tuhan firmankan. Namun oh-oh… kesalahan BESAR… Apakah anda ingat tentang sekelompok orang yang kita bahas dalam presentasi sebelumnya? Mereka datang kepada Yesus dan berkata, Tuhan, Tuhan! Lihatlah semua pekerjaan luar biasa kami. Lihatlah apa yang KAMI telah lakukan! Letak kekurangan dari kedua jawaban itu adalah mereka merasa diri yakin dan sanggup untuk dapat melakukan apa yang Tuhan firmankan.

Bangsa Israel mengatakan kepada Tuhan bahwa mereka akan menguduskan DIRI MEREKA SENDIRI. Mereka sendiri yang akan menyingkirkan dosa dari kehidupan mereka! Dapatkah mereka melakukannya? Sudah jelas tidak karena dalam kurun waktu kurang dari 40 hari mereka dengan telanjang menari-nari di sekeliling patung lembu emas!

Mari kita pergi ke ayat 12. Ingatkah anda bahwa pada saat itu Tuhan berkeinginan untuk membuat perjanjian-Nya dengan bangsa itu, dan mereka sudah berkemah di depan gunung itu dan tidak ada pembatas di sekeliling gunung itu?

Keluaran 19:12
Sebab itu haruslah engkau memasang batas bagi bangsa itu berkeliling sambil berkata: jagalah baik-baik, jangan kamu mendaki gunung itu atau kena pada kakinya, sebab siapa pun yang kena kepada gunung itu, pastilah ia dihukum mati.

Sekarang Tuhan berkata, asingkanlah bangsa itu daripada-Ku. Ada suatu perubahan dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Alkitab menyebut Abraham sebagai “Teman Allah”. Ia boleh berbicara dengan-Nya muka dengan muka. Tetapi bangsa Israel menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki iman bapa leluhur mereka Abraham. Anda lihat, untuk menjadi teman bagi seseorang memerlukan sesuatu yang sangat penting – kepercayaan. Abraham percaya kepada Tuhan – Ia tahu bahwa Tuhan akan memegang janji-Nya (dan melakukan apa yang Dia Sendiri janjikan). Bangsa Israel di sisi lainnya, “MERAGUKAN” Tuhan, dan menunjukkan bahwa mereka tidak mempercayai-Nya untuk melakukan apa yang Ia katakan.

Maka dari itu Tuhan selanjutnya menyatakan ke-Sepuluh Perintah dengan petir dan guntur dan gempa bumi yang dahsyat. Ia sedang mengatakan kepada bangsa Israel, “Inilah kesempatan kedua! Apakah kalian berpikir bahwa kalian dapat menuruti hukum-Ku? Lihatlah! Ia lebih tinggi daripada kalian, lebih mulia daripada kalian! Bagaimanakah mungkin kamu sempat berpikir bahwa kamu dapat memenuhi standar ini! Kamu tidak dapat melakukannya! Biarkan Aku yang melakukannya untukmu!”

Tetapi lagi-lagi apa yang bangsa Israel katakan, “Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan. Kami akan menuruti Sepuluh Perintah. Kami akan menguduskan diri kami.”

Sebelum Sinai, hukum itu telah ada – Ia ditulis di dalam HATI umat-umat Tuhan yang setia. Adam, Henokh, Nuh, Abraham, semuanya mengandalkan Tuhan untuk menuruti hukum-Nya dalam kehidupan mereka. Orang-orang ini sadar siapa mereka, orang-orang ini tahu bahwa mereka tidak dapat melakukan apa-apa untuk menyelamatkan diri mereka sendiri, dan bahwa perbuatan-perbuatan mereka adalah sia-sia adanya, maka dari itu mereka mengandalkan Tuhan untuk mengerjakan bagi mereka hal-hal yang mereka tidak dapat lakukan.

Pengertian bahwa hukum itu DITAMBAHKAH bukan berarti bahwa hukum itu BARU adanya. Hanya, Adam, Henokh, Noah, dll. tidak pernah menganggap bahwa mereka sanggup menurutinya, oleh sebab itu hukum itu tidak pernah berdiri berhadapan dengan mereka untuk menghukum mereka. Hukum itu telah ditulis di dalam hati mereka oleh Roh Tuhan yang hidup di dalam kehidupan mereka. Tetapi bangsa Israel mengklaim bahwa mereka sanggup menguduskan diri mereka. Maka dari itu Tuhan mengatakan, inilah definisi “Kudus” itu. Apakah kalian pikir kalian bisa melakukannya? Dan bangsa itu menjawab, “Kami bisa!” mereka menolak perjanjian Allah, dan membuat perjanjian mereka sendiri dengan Allah, dan sekarang mereka didapati berada “di bawah hukum” – Hukum tersebut berada di situ dalam kemuliaannya untuk bersaksi TERHADAP mereka. Dan menghukum mereka.

Ellet J. Waggoner, satu di antara dua pria yang digunakan oleh Tuhan untuk membawa kepada kita pengertian yang lebih sederhana perihal keselamatan, membuat pengamatan yang sangat menarik dalam bukunya, The Everlasting Covenant:

E.J. Waggoner, The Everlasting Covenant 332
Pembacaan hati-hati kitab Keluaran 19:1-6, akan menunjukkan bahwa tidak ada pertanda bahwa sebuah perjanjian yang lain akan dilakukan… tetapi buktinya adalah bertolak-belakang. Tuhan menunjuk kepada perjanjian-Nya – perjanjian yang jauh sebelumnya telah diberikan kepada Abraham – dan mendorong mereka untuk menurutinya, dan mengatakan apa yang akan menjadi hasil dari penurutan mereka. Perjanjian-Nya dengan Abraham adalah… perjanjian iman, dan mereka dapat menurutinya hanya dengan iman. Allah tidak meminta mereka untuk memasuki sebuah perjanjian yang lain dengan Dia, tetapi hanya untuk menerima perjanjian damai-Nya, yang mana Ia telah berikan kepada para leluhur mereka jauh sebelumnya.
Jawaban yang tepat bangsa itu seharusnya adalah, “Amin, jadilah Tuhan, jadilah sesuai dengan kehendak-Mu.” Tetapi sebaliknya mereka berkata, “Segala yang difirmankan TUHAN kami akan lakukan;” dan mereka mengulangi janji mereka, dengan penekanan tambahan, bahkan setelah mereka mendengar hukum itu dinyatakan… pikirkanlah manusia fana yang beranggapan untuk dapat melakukan pekerjaan Allah!

Asumsi mereka untuk mengerjakan tanggung jawab pekerjaan Allah, menunjukkan kurangnya penghargaan akan kebesaran dan kesucian-Nya… Janji-janji mereka tidak ada manfaatnya, karena mereka tidak memiliki kuasa untuk memenuhinya. Apa yang mereka bisa dapatkan dari perjanjian itu adalah apa yang mereka bisa dapatkan bagi diri mereka sendiri, dan itu adalah kematian… Keikut-sertaan mereka ke dalam perjanjian tersebut adalah pemberitahuan maya mereka kepada Tuhan bahwa mereka dapat maju sendirian tanpa-Nya; bahwa mereka dapat memenuhi setiap janji yang Ia buat.

Bangsa itu seharusnya berkata, “Amin! Kami mempercayai-Mu! Dan kami MENGIZINKAN Engkau untuk mengerjakan bagi kami apa yang telah Engkau katakan!” tetapi sebaliknya, mereka mengambil bagi mereka sendiri untuk melakukan pekerjaan milik Tuhan…

Apakah anda menyadarinya? Dengan menyatakan bahwa mereka dapat menuruti hukum, mereka sedang menyatakan bahwa mereka dapat melakukan pekerjaan milik Tuhan…

Apakah anda mengingat apa yang telah kita pelajari mengenai apa yang SESUNGGUHNYA dituntut oleh hukum? Hukum tersebut adalah definisi dari tabiat Allah – itu adalah gambaran akan kesempurnaan-NYA. Hukum itu menginginkan perbuatan benar nan sempurna milik Allah dalam kehidupan kita dan tidak menerima apapun selain itu!

Hukum itu DITAMBAHKAN oleh karena PELANGGARAN. Apakah pelanggarannya? Pelanggarannya adalah, “Kami akan melakukannya! Kami akan menguduskan diri kami sendiri.” Kesalahan mereka adalah merasa yakin pada diri sendiri dan merasa sanggup untuk melakukan apa yang Tuhan firmankan.

Menurut anda seberapa burukkah pelanggaran ini? Apakah anda siap mendengar sesuatu yang mengejutkan?

Yesaya 14:12-14
Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!

Seberapa burukkah pelanggaran mereka di Sinai? Bangsa Israel membuat kesalahan yang salah sebagaimana Setan saat ia berada di surga! Hukum itu adalah definisi tabiat Allah dan ketika bangsa Israel menyatakan bahwa mereka dapat menguduskan diri mereka, mereka sedang mengatakan bahwa mereka hendak menyamai Allah.

INILAH pelanggaran yang menyebabkan hukum itu muncul dengan begitu dahsyat dan penuh penghukuman. Karena pelanggaran itu adalah dosa yang sama yang telah Setan lakukan di surga!

Ingat apa yang telah kita baca dalam kitab Matius 7?

Orang-orang ini menganggap bahwa mereka telah melakukan segala sesuatu yang Allah ingin mereka lakukan. Mereka berkata, Kami telah melakukan begitu banyak mukjizat. Lihat! Lihat! Lihatlah betapa baiknya kami!

Dan Yesus berkata, dalam ayat 23:

Matius 7:23
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!

Orang-orang ini diusir! Sebagaimana Setan telah diusir dari surga! Karena dosa mereka adalah sama. Dan pada hari ini, banyak dari kita sedang melakukan KESALAHAN YANG SAMA!

Saat kita menyatakan bahwa kita dapat memelihara hukum Tuhan, oh, tetapi hanya ada satu perbedaan antara kita dengan bangsa Israel, kan? Tuhan, JIKA ENGKAU MEMBERIKU KESANGGUPAN, AKU AKAN MEMELIHARA HUKUM-MU. Sahabat-sahabatku, kita masih saja menyatakan bahwa kita dapat membuat DIRI KITA SENDIRI seperti Tuhan. Oh ya, kita mungkin saja berbicara banyak menentang ajaran tentang kebakaan jiwa tetapi kita tidaklah lebih baik daripada Hawa di dalam taman Eden yang telah jatuh ke dalam jebakan yang sama. Dan sampai taraf tertentu, hal itu bahkan lebih buruk, karena banyak orang yang nantinya berada di dalam surga telah mati dengan memegang keyakinan perihal kebakaan jiwa, tetapi tidak ada satu orang pun di surga sana nantinya yang diselamatkan oleh perbuatan mereka sendiri.

Kejadian 3:5
Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.

“Kamu akan menjadi seperti Allah…” sebuah kebohongan yang pasti, tetapi ia datang dalam berbagai cara yang berbeda, bukan? Adapun ular itu ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat… saat anda berpikir bahwa anda aman-aman saja, bagaimanapun juga anda akan mendapati bahwa Setan telah menipu anda.

Apa yang Allah inginkan daripada kita adalah apa yang hukum-Nya inginkan – sebuah kehidupan yang dipenuhi oleh perbuatan-perbuatan-Nya yang sempurna. Tuhan mengetahui kondisi keberdosaan kita dan bahwa kita TIDAK DAPAT melakukan apapun dengan benar! Maka dari itu Ia ingin menyelamatkan kita dari kehancuran kekal dengan cara melakukan pekerjaan tersebut bagi kita. Tetapi kita berpikir bahwa kita dapat menolong-Nya – kita berpikir bahwa jika Ia memberi kita kekuatan, maka KITA dapat melakukannya. Kenyataannya, apa yang kita katakan adalah, AKU DAPAT mengerjakan pekerjaan milik Allah – Aku akan menjadi seperti Dia.

Ketika Yesus datang, Ia akan mengubah tubuh kita. Ia akan mengambil keberdosaan itu dari kemanusiaan kita. Tetapi kita akan tetap sebagai manusia. Walaupun kita akan duduk di atas takhta-Nya, dan menguasai bersama dengan Dia, Ia akan tetap sebagai yang paling berkuasa. Karena Dia adalah Tuhan, dan kita tidak akan pernah menjadi Tuhan. Segala keuntungan yang kita miliki di dalam kehidupan ini dan juga di dalam kehidupan yang akan datang adalah PEMBERIAN dari Tuhan – warisan itu adalah miliki kita bukan oleh jasa, atau bahkan oleh kelahiran kita! Tetapi oleh adopsi. Dan oleh kasih karunia. Sepanjang masa kekekalan, kita akan menyembah Dia yang adalah sumber dari kehidupan kita yang kekal, Kita, tidak akan pernah menjadi Tuhan.

Saya telah menjanjikan untuk menunjukkan sebuah pernyataan dari Ellen White:

Sejarah Para Nabi 432
Jikalau manusia telah menuruti hukum Tuhan, sebagaimana telah diberikan kepada Adam setelah kejatuhannya, telah dipelihara oleh Nuh, dan telah diturut oleh Abraham… mereka tidak akan pernah terjerat kepada penyembahan berhala, dan tidak perlu lagi bagi mereka untuk menderita perbudakan di Mesir; mereka akan memelihara hukum Tuhan di dalam pikiran, dan hukum itu tidak perlu dinyatakan dari Sinai atau diukir di atas loh batu.

Itu dia, bagi anda yang membutuhkannya. Adalah SAMA SEKALI BUKAN rencana Allah untuk menyatakan Sepuluh Perintah. Jika saja kita mempercayai Dia sejak awal, kita tidak perlu berdiri berhadapan dengan bayang-bayang penghukuman hukum tersebut yang sedemikian besar dalam hidup kita.

Saya ingin menutup perenungan ini dengan satu referensi lagi:

Roma 10:1-3
Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.

Marilah kita baca kembali ayat yang ke-3, dan ganti kata “kebenaran” dengan “perbuatan benar” (berdasarkan definisi kebenaran berdasar Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus 227: “Kebenaran berarti perbuatan benar…”)

“Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal perbuatan benar Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan perbuatan benar mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada perbuatan benar Allah.”

Tidakkah semuanya sekarang menjadi masuk akal? Apakah anda telah melakukan kesalahan yang sama dengan bangsa Israel purba? Kita telah menjalani hidup kita mencoba untuk mendirikan kebenaran kita sendiri, perbuatan benar kita sendiri, mencoba untuk membuat diri kita sendiri bersiap untuk kedatangan Kristus yang kedua kalinya, tetapi kita telah menjadi bebal terhadap kenyataan bahwa Allah-lah yang SEHARUSNYA bekerja mengerjakan pekerjaannya.

Tetapi saya tidak pernah diberitahu akan hal ini sebelumnya! Dan mungkin anda juga belum pernah. Syukur kepada Allah bahwa dalam masa-masa terakhir sejarah dunia ini, Allah sedang membersihkan kebebalan kita ini dan mengatakan kepada kita hal-hal yang kita sangat rindu untuk dengar.

Apakah anda masih berpikir bahwa jika Allah memberimu kesanggupan, maka perbuatan-perbuatanmu akan dapat diterima? Atau jika anda adalah manusia yang ditobatkan, maka perbuatan-perbuatanmu adalah cukup baik adanya? Mungkin anda masih berpikir bahwa jika anda melakukan pekerjaan baik dari dalam hati yang didorong oleh kasih, MAKA hukum itu akan senang dengan anda?

Kembalilah pada waktu selanjutnya, dan kita akan menjawab hal ini dengan jelas dengan melihat kepada Contoh Agung kita. Bagaimanakah Yesus hidup? Siapakah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik dalam hidup-Nya?

Jika Dia adalah contoh kita, maka hal tersebut harusnya sudah jelas. Saya nantikan anda untuk bergabung kembali bersama saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top