3. Penurutan Sejati
[AkhirZaman.org] “Semua penurutan sejati berasal dari dalam hati. Itulah pekerjaan hati bersama Kristus. Dan kalau kita setuju, Ia akan menyamakan diri-Nya dengan pikiran dan tujuan kita, menyatupadukan hati dan pikiran kita menjadi sesuai dengan kehendak-Nya, sehingga bila menurut Dia, kita hanyalah melaksanakan dorongan hati kita sendiri. Kuasa kemauan, yang dihaluskan dan disucikan, akan mendapat kesukaannya yang tertinggi dalam mengerjakan pekerjaan-Nya. Apabila kita mengenal Allah, karena kita mendapat hak istimewa untuk mengenal Dia, kehidupan kita akan menjadi suatu kehidupan yang suka menurut terus-menerus”.— Kerinduan Segala Zaman 305.
Ada penurutan sejati dan penurutan yang belum sejati. Kita harus mengetahui kedua-duanya. Apakah penurutan kita pada hukum-hukum Allah yang sekarang ini merupakan penurutan yang sejati? Boleh jadi, tetapi kita belum dapat memastikan hal itu, sebelum kita mengadakan satu ujian terhadap diri kita sendiri.
Sekiranya kita tinggal seorang diri saja di gereja, sehingga tidak ada anggota gereja yang lain yang akan memiliki kesetiaan kita berbakti kepada Tuhan pada hari perhentian-Nya, kemudian datang seorang astronot yang pernah berkunjung ke bulan hendak mempertunjukkan gambar-gambar selama kunjungannya ke bulan dan membagi-bagikan kepada semua yang hadir kenang-kenangan berharga yang berupa batu-batu dari bulan dan satu set alat-alat makan yang sekarang dipromosikan oleh perusahaannya, apakah kita akan datang hadir oleh karena tidak ada anggota gereja lain yang akan menilik kita, atau kita tidak hadir tetapi berkata di dalam hati, “Mengapa kunjungannya tiba pada hari Sabat dan tidak pada hari yang lain? Sekiranya tidak jatuh pada hari Sabat, saya dapat ikut melihat gambar-gambarnya dari bulan dan menerima hadiah-Nya”. Jika iya, maka penurutan kita itu masih belum sejati.
Kita tidak dapat membuat penurutan kita itu menjadi sejati. Tidak dapat!! “Penurutan sejati berasal dari dalam hati”. Penurutan sejati keluar dari hati yang sudah dapat bekerja sama dengan Kristus. Adalah hati dan pikiran kita yang perlu diperbaharui oleh Kristus sebelum penurutan kita dapat menjadi sejati.
Yesus ingin menyatukan diri-Nya dengan kita. Ia rindu sekali diberi tempat di dalam hati kita sehingga Ia dapat menguasai kuasa kemauan kita. Wahyu 3:20, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Yang sering terjadi adalah tidak ada pembuka pintu dari sebelah di mana Yesus berdiri mengetuk. Pembuka pintunya berada di dalam. Hanya kita yang dapat membuka pintu itu apabila kita mau dan setuju.
Yesus akan menciptakan hati yang baru dan pikiran yang baru apabila kita memilih dengan kuasa kemauan kita untuk membiarkan dan membolehkan Yesus melakukan pekerjaan itu.
Bagaimana Ia melakukan pekerjaan itu? Apakah dengan suatu mukjizat yang terjadi secara mendadak sontak dalam sekejap mata? Paham penyucian hati secara mendadak sontak sehingga sekali disucikan tidak akan kembali ke keadaan yang sebelumnya lagi, adalah tidak sesuai dengan ajaran Alkitab dan kenyataan yang ada. Bukan begitu.
Tiap hari Tuhan mengetuk pintu hati kita, dan setiap hari kita diminta memilih mau membuka atau tidak. Apabila kita memilih untuk menyambut Dia, terang kebenaran firman-Nya akan dimasukkan untuk menerangi hati kita. Begitulah prosesnya hari demi hari, sehingga terang yang mula-mula kecil menjadi besar dan menguasai pikiran dan hati. Ajaran-ajaran setan akan terdesak keluar dan pilihan-pilihan kita yang dulu terkendalikan setan akan menjadi pilihan-pilihan yang dikendalikan Yesus.
“Kalau kita setuju, Ia akan menyamakan diri-Nya dengan pikiran dan tujuan kita, menyatupadukan hati dan pikiran kita menjadi sesuai dengan kehendak-Nya, sehingga bila menurut Dia, kita hanyalah melaksanakan dorongan hati kita sendiri. Kuasa kemauan, yang dihaluskan dan disucikan, akan mendapat kesukaannya yang tertinggi dalam mengerjakan pekerjaan-Nya”.
Patutkah kita merasa kecil hati dan putus asa apabila hari ini kita masih banyak melawan Tuhan dan penurutan kita itu belum dapat dikatakan sejati?
“Apabila setan datang memberi tahu saudara bahwa saudara adalah seorang berdosa yang besar, pandanglah Juruselamat saudara, dan bicarakanlah kebaikan-kebaikanNya. Apa yang akan menolong saudara adalah memandang terang-Nya”.—Steps to Christ hal 35, 36.
“Apabila saudara menyadari keadaan berdosa saudara, jangan menunggu untuk membuat diri saudara lebih baik. Betapa banyaknya orang mengira bahwa mereka tidak cukup baik untuk datang ke Kristus. Apakah saudara berharap dapat menjadi lebih baik dengan usaha-usaha saudara sendiri? ‘Dapatkah orang Ethiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belang-belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?’ (Yeremia 13:23). Hanya ada pertolongan bagi kita di dalam Allah. …..Kita tidak dapat melakukan sesuatupun bagi diri kita sendiri. Kita harus datang pada Kristus sebagaimana kita ada”.—S.C.31.
Jahat atau tidak jahat, berdosa atau tidak berdosa, belum menurut secara sejati atau sudah, kita harus memandang Kristus setiap hari. Kita harus menggunakan pilihan kita untuk mengambil kuasa kemauan kita dari setan dan menyerahkannya kepada Yesus.
Apakah artinya kita harus dipertobatkan setiap hari dan kita harus memikul salib kita dan mengikuti Yesus setiap hari? Tidak ada saatnya di mana kita sudah dapat berkata kepada diri kita bahwa kita sudah baik dan tidak memerlukan pembenaran Kristus. Setiap saat kita harus menyadari keadaan berdosa kita dan kita harus memandang Yesus dan membasuh diri kita di dalam terang-Nya.
Kita tidak boleh merasa putus asa bagaimanapun setan sudah menggagalkan kita! Kristus adalah untuk kita. Kristus telah datang untuk memberikan keselamatan kepada kita. Kita harus percaya bahwa Ia dapat melakukan apa yang kita harapkan apabila kita bersedia menyerahkan kuasa kemauan kita kepada kuasa kemaun-Nya. Janganlah kita yang menetapkan kesucian kita, biarlah Yesus sendiri yang bekerja menurut kehendak-Nya. Kita harus senantiasa memilih untuk mau menerima penerangan bagi hati dan pikiran kita yang masih berada dalam kegelapan.
Inilah bagian kita dalam rencana keselamatan Allah yang maha luas itu! Memandang Yesus dan sekali lagi memandang Yesus serta seterusnya memandang Yesus, sepanjang hidup kita, adalah pilihan yang sudah dihadapkan oleh Allah kepada kita.