Tidak Bertarak Berarti Dosa
[AkhirZaman.org] Janganlah seorang yang mengaku saleh menganggap sepele kesehatan tubuh dan memuji dirinya lalu menyatakan hal tidak bertarak bukan dosa dan tidak akan mempengaruhi kerohanian. Antara alam moral dan tubuh terdapat hubungan yang sangat erat.
Nenek moyang kita yang pertama, keinginan tidak bertarak telah mengakibatkan kehilangan Eden. Pertarakan dalam segala hal lebih banyak hubungannya dengan pemulihan kita ke Eden daripada yang kita sadari.
Pelanggaran hukum fisik adalah pelanggaran hukum Allah. Yesus Kristus adalah Khalik kita. Dialah Pencipta diri kita. Dia telah menciptakan susunan tubuh manusia. Dialah Pencipta hukum fisik, Dia pula Pencipta hukum moral. Manusia yang lengah dan tidak peduli tentang kebiasaan dan praktek hidup yang menyangkut kesehatan, mereka berdosa terhadap Tuhan. Banyak orang yang mengaku mengasihi Yesus Kristus tidak menunjukkan rasa khidmat dan penghormatan kepada-Nya, yang telah menyerahkan hidup-Nya untuk menyelamatkan mereka dari kernatian kekal. Dia tidak disegani, dihormati dan dikenal. Ini ditunjukkan dengan rusaknya tubuh mereka karena pelanggaran hukum alam.
Pelanggaran hukum alam secara terus menerus adalah pelanggaran hukum Allah secara terus-menerus. Segala beban penderitaan, kesengsaraan, kerusakan, perubahan bentuk, penyakit dan ketololan, semuanya sudah membanjiri dunia. Bandingkanlah itu dengan yang seharusnya, bagaimana Allah menciptakannya pada mulanya. Generasi yang sekarang lemah dalam otak, moral dan kuasa tubuh. Semua kesengsaraan ini sudah menumpuk dari generasi ke generasi karena manusia berdosa melanggar hukum Allah. Dosa paling besar dilakukan melalui pemanjaan selera yang sudah rusak.
Pemanjaan yang keterlaluan, baik dalam hal makan, minum dan tidur atau memandang, adalah dosa. Gerakan kuasa tubuh dan pikiran secara sehat yang seimbang akan membawa kebahagiaan. Makin ditinggikan dan dimurnikan kuasa itu, semakin murni dan asli kebahagiaannya.
Bilamana Penyucian Mustahil Diadakan
Dari semua cacat penderitaan yang menyiksa umat manusia, sebagian besar diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan mereka yang salah karena sengaja mengabaikan, atau karena tidak menanggapi terang yang diberikan Allah sehubungan dengan hukum-hukum kehidupan mereka. Adalah tidak mungkin bagi kita memuliakan Allah sementara masih melanggar hukum kehidupan. Kita tidak mungkin dapat mempertahankan pengabdian kepada Allah sementara nafsu selera dimanjakan. Tubuh yang sakit dan intelek yang kacau menghalangi pengabdian jiwa raga, karena pemanjaan nafsu yang terus menerus. Rasul itu memahami pentingnya kondisi tubuh yang sehat untuk penyempurnaan tabiat kekristenan. Dia katakan: ,”Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya. seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” Dia menyebutkan buah-buah Roh Kudus, di antaranya ialah pertarakan. “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”
Sengaja Mengabaikan Berarti Menambah Dosa
Adalah satu tugas bagi kita untuk mengetahui bagaimana caranya memelihara kesehatan tubuh dalam kondisi puncak. Adalah satu kewajiban mulia untuk menghidupkan terang Allah yang telah diberikan-Nya dengan anugerah. Sekiranya kita menutup mata dan tidak mau melihat karena takut terhadap kesalahan-kesalahan kita sendiri yang kita tidak mau membuangnya, dosa kita bukan dikurangi, melainkan ditambah. Kalau terang itu ditolak dalam satu hal, itu tidak akan dihargai dalam hal lain. Dosa itu sama besarnya, apakah kita melanggar hukum kesehatan atau melanggar salah satu dari Sepuluh Hukum, karena kita tidak dapat melakukan salah satu tanpa melanggar Hukum Allah. Kita tidak dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa raga sambil mengasihi nafsu selera kita lebih daripada mengasihi Allah. Dari hari ke hari kita mengurangi kekuatan kita untuk memuliakan Allah, padahal Dia menuntut segenap tenaga pikiran dan jasmani kita. Dengan kebiasaan-kebiasaan kita yang salah, kita semakin melepaskan pegangan hidup namun masih mengaku pengikut Kristus, yang siap untuk jamahan terakhir bagi kebakaan.
Saudaraku, engkau mempunyai satu pekerjaan untuk dilakukan. Tidak ada orang lain yang dapat melakukannya bagimu. Bangunlah dari tidurmu. Kristus akan menganugerahkan hidup bagimu. Ubahlah cara hidupmu; cara makan, cara minum dan cara kerja. Sementara engkau mengikuti arah yang engkau telah jalani bertahun-tahun, engkau tidak dapat membedakan dengan jelas perkara yang kudus dan yang kekal. Perasaanmu telah dikebalkan dan intelekmu berkabut. Engkau tidak bertumbuh di dalam kasih karunia dan pengetahuan akan kebenaran walau diberi kesempatan bagimu. Engkau tidak bertambah dalam kerohanian, tetapi semakin terjerumus dalam gelap.
Manusia adalah puncak hasil ciptaan Allah, diciptakan dalam citra Allah dan dibentuk sebagai duplikat Allah…. Manusia sangat tinggi nilainya bagi Allah, karena dia dibentuk dalam citra Nya sendiri. Fakta ini haruslah meyakinkan kita betapa penting mengajarkannya, dengan kata-kata dan perbuatan dosa pencemaran, oleh memanjakan selera atau oleh kegiatan lain yang penuh dosa, tubuh itu yang dibentuk untuk mewakili Allah di dunia ini.
Pengaruh Pelanggaran Hukum Fisik Terhadap Pikiran
Allah menuntut kemajuan yang berkesinambungan dari umat-Nya. Perlu kita pelajari bahwa selera yang dimanjakan adalah penghalang besar pada perbaikan mental dan penyucian jiwa. Dengan segala pengetahuan kita tentang reformasi kesehatan, banyak di antara kita makan dengan tidak teratur.
Janganlah menyediakan lebih banyak makanan atau lebih bervariasi pada hari Sabat dibanding dengan hari-hari lain. Sebaliknya, makanan harus lebih sederhana dan lebih sedikit, agar pikiran lebih terang dan lebih kuat untuk memahami perkara-perkara rohani. Lambung yang terlalu penuh membuat otak buntu. Kata-kata yang paling berharga mungkin didengar juga tetapi tidak dihargai, karena pikiran dibingungkan oleh makanan yang tidak teratur. Kalau seseorang makan terlalu kenyang pada hari Sabat, mereka bergerak lebih daripada berpikir ia tidak pantas menerima manfaat pada kesempatan yang mulia itu. Beberapa dari perkumpulan kemah kita keadaannya jauh dari yang dikehendaki Tuhan. Para peserta datang tanpa persiapan akan kunjungan Roh Kudus Allah. Biasanya kaum wanita menggunakan banyak waktu sebelum pertemuan itu untuk menyediakan pakaian dan perhiasan lahiriah, bukan perhiasan batin. Perhiasan batinlah yang sangat bernilai di pemandangan Tuhan. Banyak pula waktu digunakan untuk memasak makanan yang tidak perlu; persediaan kue mewah, dan segala jenis yang merusak pemakannya secara positif. Sekiranya kaum wanita itu menyediakan makanan sehat secara sederhana, maka seluruh keluarga lebih bersedia menerima firman yang hidup, dan lebih lunak menerima pengaruh Roh Kudus.
Seringkali perut dijejali dengan makanan yang jarang dimakan di rumah, di mana kegiatan gerak badan dilakukan dua atau tiga kali lipat. Inilah yang menyebabkan otak itu sangat malas sehingga tidak dapat menghargai perkara-perkara abadi. Setelah selesai acara perkemahan, mereka kecewa karena tidak dapat menikmati lebih banyak pengaruh Roh Kudus…. Biarlah persiapan pakaian dan makanan dinomor duakan, karena penyelidikan hati secara mendalam dimulai di rumah.
Pengaruh Terhadap Penghargaan Akan Kebenaran
Engkau memerlukan pikiran yang segar dan cerdas untuk menghargai tabiat kebenaran yang ditinggikan, untuk menilai penebusan, dan untuk menghitung berapa harganya perkara-perkara abadi. Jikalau engkau sudah salah jalan dan memanjakan, kebiasaan- kebiasaan makan yang salah sehingga melemahkan kuasa intelek, engkau tidak dapat menilai keselamatan dan hidup kekal. Ini akan memberi inspirasi, padamu untuk menyesuaikan hidupmu dengan hidup Kristus. Engkau tidak akan berusaha dan berkorban dalam penyesuaian diri kepada kehendak Allah sebagaimana tuntutan-Nya. Penyesuaian ini penting, karena itu memberikan kesanggupan moral menghadapi jamahan terakhir kebakaan.
Sekalipun engkau ketat memilih kualitas makananmu, apakah engkau memuliakan Allah dalam tubuh dan rohmu yang menjadi milik-Nya dengan mengambil begitu banyak makanan? Mereka yang menjejali perut dengan makanan, mereka juga membebani alam, sehingga tidak dapat menghargai kebenaran. Mereka tidak dapat membangkitkan kepekaan perasaan otak yang sudah dilumpuhkan untuk menyadari nilai penebusan dan pengorbanan besar yang telah diberikan kepada manusia berdosa. Orang seperti itu tidak dapat menghargai upah yang sangat besar dan indah yang disediakan bagi para pemenang yang setia. Janganlah biarkan sifat kebinatangan yang ada pada kita menguasai moral dan intelek.
Sebagian masih memanjakan hawa nafsu yang berperang melawan jiwa. Inilah penghalang yang selalu mengganggu kemajuan kerohanian. Mereka selalu disiksa oleh hati nurani yang menuduh kesalahan. Ketika kebenaran dinyatakan, mereka siap untuk dipersalahkan. Mereka tertuduh sendiri dan merasa yang hal itu sengaja dipilih untuk menyinggung masalah mereka. Mereka merasa sedih dan terluka sehingga menarik diri mereka dari perhimpunan orang-orang saleh. Mereka meninggalkan perkumpulan karena merasa hati nurani mereka tidak lagi terganggu. Akhirnya mereka hilang keinginan untuk menghadiri kumpulan dan mengasihi kebenaran. Kemudian mereka kembali dan bergabung dengan pemberontak; kecuali bertobat sepenuhnya, mereka berada di bawah kibaran panji-panji Setan yang hitam. Sekiranya mereka ini menyalibkan hawa nafsu daging yang berperang melawan jiwa, mereka akan keluar dari jalan itu di mana panah-panah kebenaran akan berterbangan melewati mereka. Tetapi sementara mereka memanjakan hawa nafsu, dengan demikian mereka memuja berhala, mereka menempatkan diri sebagai sasaran panah-panah kebenaran. Kalau kebenaran saja yang dibicarakan, mereka pasti terluka kena panah itu….
Bahan-bahan perangsang non alamiah dapat merusak kesehatan dan melumpuhkan otak sehingga tidak mungkin lagi menghargai perkara-perkara abadi. Mereka yang memuja berhala ini tak dapat menilai keselamatan dengan benar, di mana Kristus telah menyelarnatkan manusia berdosa dari kematian. Ini dilakukan-Nya dengan penyangkalan diri, penderitaan dan kecaman yang tak habis-habisnya, dan akhirnya menyerahkan diri-Nya yang tak berdosa itu sebagai korban.
Mentega dan daging merangsang. Bahan ini melukai lambung dan merusak selera. Syaraf-syaraf otak yang peka itu sudah dilumpuhkan. Selera kebinatangan bertambah dan mengorbankan kecakapan intelek dan moral. Kuasa yang lebih tinggi ini bertambah lemah, yang seharusnya adalah pengatur, sehingga perkara-perkara abadi tidak lagi dibedakan. Maka terjadilah kelumpuhan kerohanian dan pengabdian diri. Setan merasa menang melihat betapa mudahnya dia dapat masuk melalui selera sehingga menguasai intelek laki-laki dan perempuan, yang seharusnya dibutuhkan oleh Pencipta untuk melakukan satu pekerjaan yang besar dan baik.