Kuasa Keteladanan
[AkhirZaman.org] Dokter yang melayani di rumah-rumah orang, sambil berjaga di samping tempat tidur penderita, dan meringankan kesusahan mereka, sedang menarik kembali mereka dari pinggir kuburan, mengucapkan kata-kata penghiburan kepada yang sedang sekarat, memenangkan kepercayaan dan kasih sayang yang hanya kepada sedikit orang itu diberikan. Bahkan kepada pelayan injil pun kemungkinan-kemungkinan yang demikian besar atau pengaruh yang begitu luas tidak diberikan.
Contoh kehidupan dokter, begitu juga ajarannya, haruslah menjadi suatu kuasa positif di pihak yang benar. Pekerjaan pembaruan memerlukan pria dan wanita yang praktik kehidupannya menggambarkan pengendalian diri. Penerapan kita akan prinsip-prinsip yang kita tanamkan itulah yang memberinya bobot. Dunia membutuhkan peragaan yang praktis akan apa yang anugerah Allah dapat lakukan dalam memulihkan kepada manusia kekuasaannya yang sudah hilang itu sehingga memberi mereka kekuasaan atas diri mereka sendiri. Tidak ada yang begitu banyak dibutuhkan dunia selain daripada pengetahuan akan kuasa injil yang menyelamatkan itu yang dinyatakan dalam kehidupan menyerupai Kristus.
Dokter terus-menerus berhubungan dengan orang-orang yang membutuhkan kekuatan dan dorongan dari keteladanan yang benar. Banyak orang yang lemah dalam kemampuan moralnya. Mereka kurang pengendalian diri dan mudah dikalahkan oleh penggodaan. Dokter dapat menolong jiwa-jiwa ini hanya kalau dia menyatakan dalam kehidupannya sendiri satu kekuatan prinsip yang menyanggupkan dia untuk menang melawan kebiasaan yang membahayakan dan nafsu yang mencemarkan. Haruslah kelihatan dalam hidupnya pekerjaan dari suatu kuasa keilahian. Kalau dia gagal dalam hal ini, betapapun hebatnya daya tarik kata-katanya, maka pengaruhnya akan menyatakan kejahatan.
Banyak orang mencari nasihat dan perawatan dokter yang telah merosot moralnya karena kebiasaan-kebiasaan mereka yang salah. Tubuh mereka memar, lemah dan terluka, menyadari kebodohan mereka dan ketidaksanggupan mengalahkan diri. Janganlah ada apa-apa di sekitar orang seperti itu yang mendorong kelanjutan pemikiran dan perasaan yang telah membuat mereka jadi seperti sekarang. Mereka perlu menghirup suatu suasana kemurnian, dan pikiran yang luhur dan agung. Betapa mengerikan tanggungjawabnya apabila mereka yang seharusnya memberi contoh yang benar padahal diri mereka sendiri dikalahkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang merusak, pengaruh mereka semakin menguatkan penggodaan!
Dokter dan Pekerjaan Pertarakan
Banyak orang yang berada dalam perawatan dokter yang sedang merusak tubuh dan jiwanya melalui penggunaan tembakau dan minuman keras. Dokter yang setia kepada tanggungjawabnya harus menunjukkan kepada pasien-pasien ini penyebab dari penderitaan mereka. Tetapi kalau dokter itu sendiri perokok atau dan peminum, pengaruh apakah terdapat dalam kata-katanya? Dengan kesadaran akan pemanjaannya sendiri di depan dia, bukankah ia akan enggan menunjukkan noda dalam kehidupan pasiennya? Sementara dia sendiri menggunakan bahan-bahan ini, bagaimanakah dia dapat meyakinkan orang muda akan akibat-akibat dari bahan-bahan yang merusak itu?
Bagaimana seorang dokter dapat tampil di tengah masyarakat sebagai suatu teladan kemurnian dan pengendalian diri, bagaimanakah dia dapat menjadi seorang pekerja yang berhasil dalam pekerjaan pertarakan sedangkan dia sendiri memanjakan kebiasaan yang jahat itu? Bagaimana dia layak melayani di sisi tempat tidur orang sakit dan sedang sekarat, sementara napasnya tidak sedap karena penuh dengan bau arak atau tembakau?
Sementara sarafnya kacau dan pikirannya gelap karena penggunaan racun narkotik, bagaimana seseorang bisa setia kepada pengabdian yang dipercayakan kepadanya sebagai seorang dokter yang terampil? Betapa mustahil baginya mendiagnosis penyakit dengan cepat atau menulis resep dengan tepat!
Jika dia tidak memelihara hukum-hukum yang mengatur dirinya sendiri, kalau dia memilih pemujaan diri lebih daripada kesehatan pikiran dan tubuh, bukankah dengan begitu dia menyatakan dirinya tidak layak untuk dipercayakan dengan tanggungjawab atas nyawa manusia?
Betapapun terampilnya dan setianya seorang dokter, dalam pengalamannya ada saja kekecewaan dan kegagalan. Seringkali tugasnya tidak terlaksana seperti yang dia kehendaki. Walaupun kesehatan pasiennya pulih, mungkin saja itu bukan suatu keuntungan yang nyata bagi mereka atau bagi dunia. Banyak orang kesehatannya sudah pulih tetapi hanya untuk mengulangi pemanjaan-pemanjaan yang mengundang penyakit. Dengan kegairahan yang sama seperti dulu, mereka terjun kembali ke dalam pemanjaan diri dan kebodohan. Usaha dokter bagi mereka nampaknya seperti terbuang begitu saja.
Kristus mempunyai pengalaman yang sama, namun Ia tidak menghentikan usaha-Nya bagi satu jiwa pun yang menderita. Dari sepuluh orang kusta yang sudah ditahirkan, hanya seorang yang menghargai karunia itu, seorang Samaria yang asing. Demi satu orang itu, Kristus menyembuhkan kesepuluh mereka. Jika seorang dokter tidak lebih berhasil dari Juruselamat, biarlah dia memetik satu pelajaran dari Tabib Utama itu. Ada tertulis tentang Kristus demikian: “Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai.” “Sesudah kesusahan jiwa-Nya, Ia akan melihat terang dan menjadi puas.” Yesaya 42:4; 53:11.
Sekiranya hanya ada satu jiwa yang mau menerima injil anugerah-Nya, Kristus pasti akan memilih hidup-Nya yang penuh kesengsaraan dan hinaan dan kematian-Nya yang memalukan itu, demi menyelamatkan yang satu jiwa itu. Jika atas usaha kita seorang telah diangkat dan dimuliakan dan dilayakkan untuk bersinar di hadapan Tuhan, apakah kita tidak akan bergembira?
Tugas-tugas seorang dokter sukar dan berat. Untuk melaksanakannya dengan sangat berhasil, dia harus memiliki dasar yang kuat dan kesehatan yang prima. Seorang yang lemah dan sakit-sakitan tidak dapat melakukan tugas seorang dokter. Seorang yang kurang sempurna pengendalian dirinya tidak memenuhi syarat untuk menghadapi segala jenis penyakit.
Sering kurang tidur, bahkan lalai untuk makan, kehilangan kenikmatan sosial dan kesempatan-kesempatan rohani dalam ukuran besar, membuat kehidupan seorang dokter nampaknya senantiasa ditudungi bayangan. Penderitaan yang dia saksikan, manusia-manusia fana yang pasrah merindukan pertolongan, hubungannya dengan orang-orang yang bejat akhlaknya, semua ini menyakitkan hatinya, dan hampir merusak keyakinannya pada manusia.
Dalam memerangi penyakit dan kematian segenap tenaga dikerahkan sampai batas kemampuannya. Reaksi dari ketegangan yang hebat ini akan menguji ketangguhan tabiat. Pada keadaan seperti itulah penggodaan mempunyai kuasa yang terbesar. Dokter memerlukan pengendalian diri, kemurnian roh, dan iman yang bertumpu pada surga, lebih daripada orang-orang di bidang pekerjaan lain. Demi orang lain dan demi dirinya sendiri, dia tidak dapat mengabaikan hukum fisik. Kesembronoan dalam kebiasaan-kebiasaan fisik cenderung membawa kepada keserampangan moral.
Dalam segala situasi, satu-satunya keselamatan bagi dokter ialah bertindak berdasarkan prinsip, dikuatkan dan ditinggikan oleh keteguhan maksud yang hanya didapati dalam Allah. Dia harus tampil dalam keunggulan moral dari tabiat-Nya. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap saat dia harus hidup seperti di hadapan dunia yang tidak kelihatan. Sebagaimana Musa, dia harus bertahan dengan “memandang Dia yang tidak kelihatan.”
Kebenaran berakar pada kesalehan. Tidak ada orang yang dapat mempertahankan satu kehidupan yang murni dan penuh kuasa di hadapan sesamanya, kecuali hidupnya tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah. Makin besar kegiatan di antara manusia, komunikasi hati dengan surga harus semakin erat.
Semakin penting tugasnya dan semakin besar tanggungjawab seorang dokter, kian besar kebutuhannya akan kuasa ilahi. Waktu harus dikurangi dalam perkara-perkara duniawi untuk merenungkan hal-hal yang kekal. Dia harus menolak dunia yang mengganggu yang begitu menekan jiwanya seakan-akan hendak memisahkan dia dari Sumber kekuatan itu. Dia harus lebih unggul dari orang-orang lain, melalui doa dan belajar Kitab Suci, menempatkan dirinya di bawah perlindungan Allah. Dia harus hidup dalam hubungan setiap jam dan dalam persekutuan secara sadar dengan prinsip-prinsip kebenaran, kesetiaan dan kemurahan yang menyatakan tabiat Allah di dalam jiwa.
Sampai pada batas di mana firman Allah diterima dan dituruti maka setiap tindakan yang muncul, setiap tahap pengembangan tabiat, akan terkesan dengan kemampuannya dan terjamah oleh kehidupannya. Firman itu akan menjernihkan pikiran dan mengatur setiap keinginan. Mereka yang menjadikan firman Allah sebagai tumpuan akan melepaskan diri seperti laki-laki dan menjadi kuat. Mereka akan bangkit di atas semua perkara-perkara yang lebih rendah ke dalam suasana yang bebas dari kecemaran.
Apabila manusia bersekutu dengan Allah, sehingga maksud yang tak tergoyahkan seperti yang dipelihara oleh Yusuf dan Daniel di tengah istana kafir yang jahat, maka hidupnya akan menjadi murni dan tidak bercela. Jubah tabiatnya tidak akan bercacat. Dalam kehidupannya cahaya Kristus tidak akan pudar. Bintang Fajar yang terang benderang itu akan bersinar senantiasa di atasnya dalam kemuliaan yang kekal.
Kehidupan yang demikian akan menjadi satu unsur kekuatan di masyarakat. Itu akan menjadi penghalang bagi kejahatan, pelindung bagi yang tergoda, cahaya penuntun bagi mereka yang mencari jalan yang benar di tengah-tengah kesulitan dan keputusasaan.
Sumber: Hidup Yang Terbaik, bab 8.