[AkhirZaman.org] Jika di pasrahkan kepada Tuhan, bahkan penyakit pun dapat menjadi alat bagi kemuliaan-Nya. Saat ditanya mengapa pria dalam Yohanes 9 buta, Yesus menjawab, “Ini terjadi supaya kuasa Allah dinyatakan di dalam hidupnya.” Penyakit Paulus, sebuah “duri dalam dagingnya” menunjukan kecukupan kasih karunia Tuhan. Empat peraturan dari William Sangster untuk menghadapi penyakit memperlihatkan kepada kita bagaimana hal itu terjadi.
Sangster dilahirkan di London pada tahun 1900 dan mulai menghindari gereja Metodis pada usia sembilan tahun. Pada usia 13 tahun ia masuk Kristen dan segera mulai memberikan imannya kepada teman-temannya. Tiga tahun kemudian ia menyampaikan khotbahnya yang pertama pada tanggal 11 Februari 1917. Setelah menjalankan tugasnya di ketentaraan dan di perguruan tinggi, ia mulai melayani serangkaian gereja Metodis, bekerja hingga kelelahan, sering mengatakan, “Saya belum cukup keras bekerja!” reputasinya sebagai pengkhotbah yang penuh kuasa dan pendeta yang di cintai mengikutinya dari gereja ke gereja.
Pada tahun 1939, Sangster menerima kepemimpinan Westminster Central Hall, sebuah gereja Metodis dekat Gereja Westminster Abbey di London. Pada kebaktian pertamanya. Ia mengumumkan kepada jemaat yang terpana bahwa Inggris dan Jerman secara resmi berada dalam keadaan perang. Dengan segera ia mengubah ruang bawah tanah gereja menjadi tempat perlindungan terhadap serangan udara, dan selama 1.688 malam Sangster melayani berbagai kebutuhan bermacam-macam orang. Pada saat yang sama ia menyempatkan diri untuk menulis, menyampaikan khotbahnya yang memukau, memperoleh gelar Ph. D., dan membawa ratusan orang kepada Kristus. Ia terkenal sebagai penerus Wesley di London dan disanjung sebagai pengkhotbah Inggris paling di cintai pada zamannya.
Setelah perang, Sangster mengepalai departemen misi Metodis Inggris hingga didiagnosis menderita atrofia otot progresif. Selama tiga tahun perlahan-lahan ia meninggal, secara berangsur-angsur lumpuh, akhirnya hanya mampu menggerakkan dua jari tangannya. Namun sikapnya tidak berubah, karena ketika pertama kali mengetahui tentang penyakitnya, Sangster membuat empat aturan bagi dirinya sendiri. Banyak orang punya aturan hidup. Sangster mengarang empat peraturan untuk mati: “Saya tidak akan pernah mengeluh. Saya akan menjaga rumah saya tetap ceria. Saya akan menghitung berkat saya. Saya akan berusaha mengubahnya menjadi keuntungan.” Ia melakukan semua itu. Dan dengan demikian pekerjaan Tuhan di perlihatkan dalam kehidupannya, dan kekuatan Tuhan menjadi sempurna di dalam kelemahannya.
Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga dilahirkan buta?” Jawab Yesus: “ Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (Yohanes 9:1-3)
Robert J. Morgan,
365 Kisah Dan Inspirasi Yang Menakjubkan Tentang Orang-Orang Kudus, Martir, Dan Pahlawan