[AkhirZaman.org] Iman adalah sumber, kehidupan, dan kekuatan proyeksi doa. Doa tergantung kepada nama, kebaikan, dan perantaraan Kristus. Melalui dasar, syarat, dan kekuatan vital di dalam doa, kita menemukan dasar doa yang ditempatkan di dalam hati manusia. Dasar doa bukan semata-mata kebutuhan kita, karena jika demikian, kita akan terus berdoa karena kita selalu dipenuhi dengan kebutuhan. Dasar doa bukanlah sebuah harapan, suatu dorongan hati yang lewat, sebuah pandangan singkat ke arah surga. Keinginan adalah faktor penting dari doa. Kristus berkata, “Apa saja yang kamu inginkan ketika kamu berdoa.” Keinginan dianggap sebagai hasrat dalam tindakan. Keinginan adalah suatu perasaan kuat yang digairahkan dalam pikiran oleh suatu kebaikan. Keinginan mengangkat sesuatu dan memakukan pikiran padanya. Keinginan memiliki pilihan, keterpakuan, dan api di dalamnya. Doa yang berdasarkan kepada keinginan adalah doa yang jelas dan spesifik. Orang yang berdoa seperti itu mengetahui kebutuhannya dan merasakan, serta melihat hal-hal yang diminta.
Doa bukanlah sebuah pertunjukan, bukan pula suatu tuntutan umum yang tidak pasti. Doa didorong oleh keinginan yang benar mengobarkan jiwa dan pandangannya kepada objek yang diinginkan. Doa seharusnya menjadi bagian kebiasaan rohani kita, tetapi doa akan berhenti jika hanya dijalankan oleh kebiasaan semata. Kedalaman serta intensitas keinginan rohanilah yang memberikan gairah kepada doa. Keinginan memberikan desakan, suatu urgensi yang tidak dapat disangkal, menanti dan memohon, serta tidak akan beranjak hingga keinginannya dipenuhi. Keinginan kuat menghasilkan doa yang kuat. Akan tetapi keinginan harus di kendalikan oleh pemikiran; Pikiran Kristus. Dengan merenungkan keadaan kita, kebutuhan kita, serta kesediaan Tuhan dan kuasa-Nya membuat keinginan seperti Kristus bertumbuh dalam diri kita.
Rahasia dari doa kering yang tidak dijawab terdapat pada lemahnya keinginan-keinginan rohani kita. Doa yang tidak dipedulikan adalah bukti yang menakutkan atas keinginan rohani yang mati, jiwa telah menjauh dari Allah ketika keinginan di hadapan-Nya tidak lagi menekan jiwa untuk masuk ke dalam kamar doa. Walaupun kita mungkin berdoa tanpa keinginan rohani, tidaklah mungkin ada doa sejati jika hasrat rohani kita tidak ada. Kita mendaftarkan banyak hal di dalam doa kita, kita melingkupi banyak wilayah, tetapi apakah keinginan kita melingkupi permintaan-permintaan tersebut? Apakah keinginan kita memetakan wilayah yang dilingkupi oleh doa kita? Keinginan itu bersifat kuat dan sempit. Ia tidak dapat menyebarkan dirinya di atas bidang yang lebar. Ia mengingini sedikit hal dan ia mengingininya dengan sangat, begitu sangatnya sehingga tidak satu pun kecuali kehendak Allah sajalah yang dapat memuaskannya.
“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.”
Keinginan manusia harus dibawah masuk kedalam wilayah rohani sehingga menjadi suatu tuntutan yang harus dipuaskan, dan inilah yang menjadi dasar suatu doa yang akan memenuhi hidup kita dengan jawaban-jawaban Tuhan.
Mengapakah doa-doa kita sering kali hanya sebuah harapan atau ekspresi lemah dari suatu kepedulian dan keinginan yang teringat? Kadang-kadang, doa kita hanyalah kata-kata yang sudah tersusun dan dalam proporsi yang biasa, yang kesegaran dan kehidupannya sudah berlalu beberapa tahun lalu. Api keinginan yang memenuhi yang ada sekaranglah yang naik kepada Allah. Hasrat yang diciptakan oleh keinginan yang kuduslah yang harus menjalar kepada takhta belas kasihan.
Kita lebih banyak gagal dalam hal keinginan dalam doa daripada kegagalan penampilan luar doa. Kita mempertahankan bentuk, tetapi kehidupan batin pudar dan mati. Bukankah kelemahan keinginan kita akan Allah, akan Roh Kudus, dan akan seluruh kepenuhan Kristus merupakan penyebab doa yang sedikit dan kendor? Apakah kita merasa keinginan terdalam kita sama dengan harta benda surgawi ini? Apakah suara erangan dari keinginan kita memacu jiwa kita untuk bergumul dengan hebat? Apinya menyala dengan kecil. Panas yang mendidih telah menurun menjadi kesuaman. Apakah kita memiliki keinginan kudus yang menekan kita untuk bersekutu dengan Allah yang diisi dengan api yang membakar yang tak terkatakan dan menahan kita di sana selama berjam-jam di dalam permohonan yang memacu jiwa dan pergumulan mendalam? Hati kita perlu dibajak, tidak hanya untuk mengeluarkan perkara-perkara jahat, tetapi juga untuk membawa masuk perkara-perkara baik; dan dasar serta inspirasi bagi kebaikan yang datang adalah keinginan yang kudus. Api yang kudus dan menyala-nyala ini yang ada di dalam jiwa yang membangkitkan perhatian surga, dan perbendaharaan surga yang melimpah menanti untuk mengisi keinginan yang lahir di surga ini.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Doa dan Api
Judul asli buku : Prayer and Revival
Judul asli artikel : Keinginan dalam Doa
Penulis : E.M. Bounds
Penerjemah : Josep Tatang dan Susan
Penerbit : Tunas Pustaka
Sumber: http://doa.sabda.org