TELADAN KITA
[AkhirZaman.org] Tuhan kita Yesus Kristus datang ke dunia ini sebagai hamba yang tak kenal lelah melayani kebutuhan manusia. Ia “memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita,” agar Ia boleh melayani setiap kebutuhan manusia. Untuk menyingkirkan beban penyakit dan kemalangan dan dosa itulah Ia datang. Adalah menjadi misi-Nya untuk membawa kepada manusia pemulihan yang sempurna; Ia datang untuk memberi mereka kesehatan dan damai serta kesempurnaan tabiat.
Berbagai ragam keadaan dan kebutuhan mereka yang mencari pertolongan-Nya, dan tak seorang pun pulang tanpa mendapatkan pertolongan. Dari pada-Nya mengalir suatu arus kuasa penyembuhan, dan manusia disembuhkan secara tubuh, pikiran dan jiwa.
Pekerjaan Juruselamat tidak terbatasi oleh waktu maupun tempat. Belas kasihan-Nya tak terbatas. Dalam skala besar Ia melaksanakan pekerjaan penyembuhan dan pengajaran sehingga tak satu pun bangunan di Palestina yang cukup besar untuk dapat menampung orang banyak yang mengerubungi-Nya. Di lereng bukit yang hijau di Galilea, di jalan-jalan, di tepi pantai, dalam rumah-rumah ibadah, dan di segala tempat di mana orang sakit dibawa kepada-Nya, semua itu menjadi balai pengobatan-Nya. Di tiap kota besar, kota kecil dan desa yang dilalui-Nya, Ia meletakkan tangan-Nya ke atas mereka yang menderita dan menyembuhkannya. Di mana saja terdapat hati yang bersedia menerima pekabaran-Nya, Ia menghibur mereka dengan jaminan kasih Bapa mereka yang di surga. Sehari-harian Ia melayani mereka yang datang kepada-Nya; di malam hari Ia memberi perhatian kepada mereka yang harus bekerja pada siang hari untuk mencari nafkah bagi keluarga mereka.
Yesus memikul beban tanggung-jawab yang berat bagi keselamatan manusia. Ia tahu bahwa kecuali terdapat perubahan yang pasti dalam prinsip dan tujuan umat manusia, semua akan binasa. Inilah beban jiwa-Nya, dan tak seorang pun dapat menilai beban berat yang dipikul-Nya. Selama masa kanak-kanak, masa muda, dan masa dewasa, Ia berjalan seorang diri. Namun surgalah untuk berada di hadirat-Nya. Dari hari ke hari Ia menghadapi pergumulan dan pencobaan, hari demi hari Ia berhadapan dengan yang jahat dan menyaksikan kuasa kejahatan itu pada mereka yang Ia sedang usahakan untuk memberkati dan menyelamatkannya. Namun Ia tidak gagal atau kecewa.
Dalam segala hal Ia membawa keinginan-Nya ke dalam penurutan yang ketat kepada misi-Nya. Ia memuliakan kehidupan-Nya dengan menjadikan segala yang ada dalam diri-Nya tunduk kepada kehendak Bapa-Nya. Ketika masih muda ibu-Nya menemukan Dia di sekolah rabi-rabi, ibu-Nya menegur, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?” Ia menjawab, — dan jawaban-Nya merupakan kunci penting dari pekerjaan hidup-Nya, — “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”
Hidup-Nya adalah suatu kehidupan pengorbanan diri yang terus menerus. Ia tidak mempunyai rumah di dunia ini kecuali atas kebaikan hati sahabat-sahabat yang memberi tumpangan kepada-Nya sebagai seorang musafir. Ia datang untuk mewakili kita menghidupkan suatu kehidupan yang miskin dan berjalan serta bekerja di antara mereka yang susah dan menderita. Tak dikenal dan tak dihormati, Ia berjalan keluar masuk di antara orang-orang kepada siapa Ia telah melakukan banyak hal.
Ia selalu sabar dan riang, dan orang yang menderita memuja Dia sebagai seorang utusan kehidupan dan kedamaian. Ia melihat semua kebutuhan pria dan wanita, anak-anak dan orang muda, dan kepada semuanya Ia menyampaikan undangan, “Marilah kepada-Ku.”
Selama pelayanan-Nya Yesus membaktikan lebih banyak waktu untuk menyembuhkan orang sakit dibandingkan dengan berkhotbah. Mukjizat-mukjizat-Nya menyaksikan tentang kebenaran perkataan-Nya, bahwa Ia datang bukan untuk membinasakan tetapi untuk menyelamatkan. Ke mana saja Ia pergi, kabar baik tentang rahmat-Nya mendahului Dia. Di mana saja pernah Ia kunjungi, orang-orang yang telah mendapat pertolongan-Nya bersukacita karena kesehatan yang sudah pulih, dan mereka memanfaatkan kuasa yang baru saja mereka dapatkan. Orang banyak mengerumuni mereka untuk mendengar langsung dari bibir mereka pekerjaan yang Tuhan telah lakukan. Suara-Nya adalah bunyi pertama yang banyak orang pernah dengarkan, nama-Nya adalah kata pertama yang pernah mereka ucapkan, wajah-Nya adalah yang pertama yang pernah mereka pandang. Mengapa mereka tidak boleh mengasihi Yesus dan mengumandangkan pujian-Nya? Pada saat Ia melewati kota-kota kecil dan besar, Ia ibarat arus penting yang menyebarkan kehidupan dan kesukaan.
“Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.”
Juruselamat menjadikan setiap pekerjaan penyembuhan suatu peristiwa untuk menanamkan asas-asas ilahi ke dalam pikiran dan jiwa. Inilah tujuan pekerjaan-Nya. Ia mengaruniakan berkat-berkat duniawi, agar Ia boleh mengarahkan hati manusia untuk menerima Injil rahmat-Nya.
Kristus bisa saja menduduki tempat tertinggi di kalangan para guru bangsa Yahudi, namun Ia lebih suka memilih untuk membawa Injil kepada orang miskin. Ia pergi dari satu tempat ke tempat yang lain, sehingga mereka yang berada di jalan-jalan raya dan di lorong-lorong bisa mendengar firman kebenaran itu. Di tepi laut di kaki gunung, di jalan-jalan kota besar, di rumah ibadah, suara-Nya terdengar menjelaskan Kitab Suci. Sering Ia mengajar di halaman luar kaabah, agar orang-orang kafir boleh mendengar suara-Nya.
“Aku ini, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara. . . Aku mau memimpin orang-orang buta di jalan yang tidak mereka kenal, dan mau membawa mereka berjalan di jalan yang tidak mereka kenal. Aku mau membuat kegelapan yang di depan mereka menjadi terang dan tanah yang berkeluk-keluk menjadi tanah yang rata.”
Pengajaran Kristus tidak seperti penjelasan Kitab Suci yang diberikan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sehingga memikat perhatian orang banyak. Para rabi itu mengikuti tradisi, teori manusia dan spekulasi. Sering apa yang manusia ajarkan dan tuliskan tentang Kitab Suci itu mengambil tempat Kitab Suci itu sendiri. Tetapi pokok pembahasan pengajaran Kristus adalah firman Allah. Ia menjawab para penanya dengan jawaban sederhana, “Adalah tersurat,” “Apa yang dikatakan Kitab Suci?” “Bagaimana engkau membacanya?” Pada setiap kesempatan apabila satu minat dibangkitkan, baik oleh sahabat atau pun musuh, Ia menyajikan firman itu. Dengan kejelasan dan kuasa Ia memasyhurkan pekabaran Injil itu. Firman-Nya memancarkan aliran terang atas pengajaran-pengajaran para bapa dan nabi, dan Kitab Suci datang kepada manusia sebagai satu wahyu yang baru. Tidak pernah sebelumnya para pendengar-Nya melihat di dalam perkataan Allah itu makna yang begitu dalam.
Tidak ada sebelumnya seorang penginjil seperti Kristus. Ia adalah Oknum yang Agung dari surga, namun Ia merendahkan Diri-Nya dengan mengambil sifat alami kita, agar Ia boleh bertemu dengan manusia di mana saja mereka berada. Kepada semua manusia, kaya dan miskin, merdeka atau hamba, Kristus selaku Utusan perjanjian itu membawa kabar baik keselamatan itu. Kemasyhuran-Nya sebagai Tabib Agung menyebar ke seluruh Palestina. Orang sakit datang ke tempat-tempat yang Ia lalui, agar mereka boleh mendapatkan pertolongan dari Dia. Begitu juga banyak yang datang dengan rasa ingin tahu untuk mendengar perkataan-Nya dan memperoleh jamahan tangan-Nya. Ia pergi dari satu kota ke kota lainnya, dari satu kampung ke kampung lainnya, mengkhotbahkan Injil itu dan menyembuhkan orang sakit — Raja Kemuliaan itu mengenakan pakaian kemanusiaan yang sederhana.
Ia menghadiri perayaan-perayaan besar tahunan bangsa itu, dan kepada orang banyak yang terkesan dengan upacara luar Ia berbicara tentang perkara-perkara surgawi, membawa ke hadapan mereka kekekalan itu. Kepada semua orang Ia membawa harta dari perbendaharaan hikmat itu. Ia berbicara kepada mereka dengan menggunakan bahasa yang begitu sederhana sehingga tak mungkin kalau tidak dipahami. Melalui metode khusus cara-Nya sendiri, Ia menolong mereka yang mengalami duka cita dan penderitaan. Dengan rahmat yang lembut dan ramah-tamah Ia melayani jiwa yang sakit karena dosa, memberikan kesembuhan dan kekuatan.
Sebagai Guru Agung, Ia mencari jalan kepada orang banyak dengan cara yang paling lazim mereka pahami. Ia menyajikan kebenaran begitu rupa sehingga para pendengar-Nya dijalin dengan ingatan dan rasa simpati mereka yang disucikan. Ia mengajar begitu rupa sehingga membuat mereka merasakan kelengkapan pengenalan-Nya dengan perhatian dan kebahagiaan mereka. Pengajaran-Nya begitu langsung, semua ilustrasi-Nya begitu cocok, kata-kata-Nya sangat simpatik dan ceria, membuat para pendengar-Nya merasa sukacita. Kesederhanaan dan kesungguh-sungguhan dengan mana Ia berbicara kepada mereka yang membutuhkan, menyucikan setiap perkataan itu.
Betapa sibuk kehidupan-Nya! Hari demi hari Ia terlihat memasuki rumah-rumah sederhana dari orang-orang yang berkekurangan dan susah, mengucapkan pengharapan kepada mereka yang terbuang dan kedamaian kepada mereka yang cemas. Dengan ramah, lembut hati, dan rasa iba, Ia berkeliling untuk menggembirakan mereka yang susah dan menghibur mereka yang berduka cita. Ke mana saja Ia pergi, dibawa-Nya berkat.
Sementara Ia melayani orang miskin, Yesus juga belajar untuk menemukan cara menjangkau orang kaya. Ia mencari sahabat di kalangan orang Farisi yang berharta dan berbudaya, bangsawan Yahudi, dan pemerintah Roma. Ia menerima undangan mereka, menghadiri pesta-pesta mereka, membuat diri-Nya tahu akan kepentingan dan pekerjaan mereka, sehingga Ia memperoleh jalan masuk ke hati mereka, dan menyatakan kepada mereka kekayaan yang tidak dapat binasa itu.
“Roh Tuhan Allah ada pada-Ku, oleh karena Tuhan telah mengurapi Aku; Ia telah mengutus Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepada ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka pohon terbantin kebenaran, tanaman Tuhan untuk memperlihatkan keagungan-Nya.”
Kristus datang ke dunia ini untuk menunjukkan bahwa oleh menerima kuasa dari atas, manusia dapat menghidupkan suatu kehidupan yang tak bernoda. Dengan kesabaran yang tak pernah habis dan pertolongan yang simpatik Ia memenuhi semua kebutuhan manusia. Dengan jamahan rahmat yang lembut, Ia melenyapkan dari jiwa itu keresahan dan kebimbangan, mengganti permusuhan dengan kasih, dan rasa tidak percaya dengan keyakinan.
Ia dapat berkata kepada yang disenangi-Nya, “Ikutlah Aku,” dan orang yang disapa itu pun bangkit lalu mengikut Dia. Pesona penarikan dunia dipatahkan. Oleh bunyi suara-Nya roh keserakahan dan ambisi pergi dari hati, dan orang-orang bangkit mengikut Juruselamat dengan leluasa.
Kasih Persaudaraan
Kristus tidak memandang perbedaan kebangsaan, kedudukan atau kepercayaan. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ingin menjadikan karunia-karunia surga itu sebagai keuntungan lokal dan nasional dan tidak mengikutsertakan keluarga Allah lainnya di dunia ini. Tetapi Kristus datang untuk merobohkan setiap dinding pemisah. Ia datang untuk menunjukkan bahwa karunia rahmat dan kasih-Nya sama dan tak terbatas seperti udara, terang, ataupun hujan yang menyegarkan bumi.
Kehidupan Kristus menampakkan suatu agama di mana di dalamnya tidak terdapat kasta, suatu agama melalui mana orang Yahudi dan orang Kafir, merdeka atau terbelenggu, dihubungkan dalam satu persaudaraan yang bersifat menyeluruh, sama di hadapan Allah. Tak ada keraguan tentang kebijaksanaan yang mempengaruhi gerak-gerik-Nya. Ia tidak membedakan antara tetangga-tetangga dan orang-orang asing, sahabat dan musuh. Apa yang menambat hati-Nya ialah satu jiwa yang haus akan air kehidupan itu.
Ia tidak pernah menganggap manusia sebagai makhluk tak berharga, tetapi berusaha untuk memberikan obat penyembuh kepada setiap jiwa. Dalam berbagai kumpulan di mana Ia hadir, Ia menyajikan satu pelajaran yang cocok dengan waktu dan keadaan saat itu. Setiap penolakan atau hinaan yang ditunjukkan oleh manusia kepada sesamanya hanya menjadikan Dia lebih menyadari kebutuhan mereka akan simpati manusia-keilahian-Nya. Ia berusaha memberikan pengharapan kepada orang yang paling sukar dan tak mempunyai masa depan, menunjukkan di hadapan mereka jaminan bahwa mereka boleh menjadi tak bersalah dan tak berbahaya, mencapai satu tabiat yang akan menyatakan mereka sebagai anak-anak Allah.
Seringkali Ia menemukan mereka yang telah hanyut di bawah pengendalian Setan, dan tidak berdaya untuk melepaskan diri dari jeratnya. Kepada orang seperti ini, yang kecewa, sakit, tergoda, jatuh, Yesus akan mengucapkan kata-kata pengasihan yang paling lembut, kata-kata yang dibutuhkan dan dapat dipahami. Ia menemukan orang lain yang bertempur langsung dengan musuh jiwa. Mereka inilah yang Ia kuatkan untuk bertahan, memastikan mereka bahwa mereka akan menang; karena para malaikat Allah ada di samping mereka dan akan memberikan kemenangan kepadanya.
Di meja para pemungut cukai Ia duduk sebagai seorang tamu terhormat, dengan simpati dan kebaikan sosial-Nya menunjukkan bahwa Ia memahami martabat manusiawi; dan manusia rindu agar layak memperoleh kepercayaan-Nya. Terhadap hati mereka yang haus itu perkataan-Nya tertuju dengan kuasa berkat yang memberi hidup. Gerakan hati yang baru digugah, dan kepada orang-orang yang terbuang dari masyarakat ini terbuka kemungkinan bagi satu kehidupan baru.
Walaupun Ia seorang Yahudi, Yesus bergaul bebas dengan orang-orang Samaria, dan mengabaikan kebiasaan-kebiasaan bangsa-Nya. Di hadapan prasangka mereka Ia menerima keramah-tamahan orang-orang yang tersisih ini. Ia tidur satu atap dengan mereka, makan satu meja dengan mereka, — turut menikmati makanan yang disediakan dan disajikan oleh tangan mereka — mengajar di jalan-jalan mereka, dan memperlakukan mereka dengan kebaikan dan keramahan yang paling tinggi. Sementara Ia menarik hati mereka kepada-Nya oleh ikatan simpati manusiawi, rahmat ilahi-Nya membawakan kepada mereka keselamatan yang ditolak orang-orang Yahudi.
Pelayanan Perorangan
Kristus tidak melalaikan kesempatan apapun untuk memasyhurkan injil keselamatan itu. Dengarkanlah perkataan-Nya yang ajaib
kepada seorang wanita Samaria. Ia sedang duduk di tepi sumur Yakub pada waktu wanita itu datang untuk mengambil air. Wanita itu terperanjat pada waktu Ia meminta sesuatu dari pada-Nya. “Berilah Aku minum,” Ia berkata. Ia menghendaki satu tegukan yang sejuk dan Ia ingin juga membuka jalan di mana Ia dapat memberikan kepada wanita tersebut air hidup itu. “Masakan,” kata wanita itu, “Engkau seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria). Yesus menjawab, “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu; Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup. . . Barangsiapa minum akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”
Betapa besar perhatian yang Kristus nyatakan kepada wanita ini! Betapa sungguh-sungguh dan mengesankan kata-kata-Nya itu! Pada waktu wanita ini mendengar kata-kata itu, dia tinggalkan buyungnya lalu pergi ke dalam kota dan berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” Dan siapa yang dapat mengukur pengaruh yang telah ditunjukkan oleh kata-kata itu untuk menyelamatkan jiwa-jiwa selama tahun-tahun yang sudah berlalu sejak saat itu?
Di mana saja hati terbuka untuk menerima kebenaran, Kristus siap untuk memberikan petunjuk kepada mereka. Ia menyatakan Bapa itu kepada mereka, dan pelayanan yang berterima kepada-Nya yang membaca hati. Untuk orang-orang seperti ini Ia tidak menggunakan perumpamaan. Kepada mereka, sebagaimana kepada wanita di sumur itu, Ia berkata, “Aku yang berbicara kepadamu Akulah Dia itu.”
Oleh: Ellen White