AkhirZaman.org – Kedamaian mendominasi wilayah Israel ketika Raja Salomo membangun bait suci pertama Israel. Raja Daud, ayah Salomo, telah menghabiskan sebagian besar masa pemerintahannya untuk menaklukkan musuh-musuh Israel serta melewati serangkaian perang saudara (2 Samuel 2, 3, 8, 10, dan 15).
Kemenangan Daud di masa perang telah membuka jalan bagi Salomo, putranya, untuk memulai pembangunan Bait Suci.
Kini, banyak orang Kristen di seluruh dunia menantikan Bait Suci dibangun kembali di Yerusalem.
Namun, sebagaimana halnya dahulu pada zaman Daud dan Salomo, hal ini tidak akan terjadi hingga Israel mengalahkan semua musuh-musuhnya terlebih dahulu serta memulihkan perdamaian di daerah tersebut.
Apakah nubuat Alkitab tengah digenapi sehubungan dengan pertempuran antara Israel dan Hamas saat ini?
Kembali Ke Masa Lalu
Kelompok Islam radikal Hamas menyerang Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, membunuh lebih dari 1.300 pria, wanita, dan anak-anak serta menyandera sedikitnya 150 orang.
Kemudian Israel membalas dengan membombardir Gaza utara dengan serangan udara selama hampir satu minggu, menewaskan lebih banyak pria, wanita, dan anak-anak daripada Hamas.
Direktur Pusat Penelitian Kebijakan Publik Dubai menyatakan, “Semua tiba-tiba berubah menjadi orang membunuh orang dan orang lain bersorak-sorai mendukung orang lain yang membunuh orang.”… Kita sedang mengalami kemunduran.
Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan sempat membanggakan prestasi kepemimpinan Biden terhadap keamanan di Timur Tengah selang delapan hari Sebelum serangan Hamas. “Wilayah ini lebih damai saat ini ketimbang dalam dua dekade terakhir,” katanya.
Beberapa pejabat AS pun tampaknya sangat terkejut dengan serangan Hamas, yang merupakan serangan paling mematikan bagi warga Israel sejak Perang Yom Kippur 50 tahun sebelumnya.
Akar Ketegangan Arab – Israel
Pertikaian ini bermula pada tahun 1948, ketika Israel menjadi sebuah negara-bangsa yang merdeka. Sebagai persiapan untuk mengakhiri pendudukan Inggris di Palestina, PBB membagi wilayah tersebut menjadi dua negara: Israel dan Palestina.
Namun, Palestina dan Liga Arab, yang pada saat itu terdiri dari Mesir, Lebanon, Suriah, Yordania, Irak, Arab Saudi, dan Yaman, tidak terima dengan pembagian wilayah tersebut kemudian mereka menggempur Israel.
Israel berhasil menguasai sebagian besar wilayah yang telah ditetapkan PBB untuk bangsa Arab setelah pertempuran selama kurang lebih sembilan bulan.
Ketegangan Arab-Israel yang pertama ini dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai “Perang Kemerdekaan.”
Dalam versi bahasa Arab, pertempuran ini dijuluki “Bencana” karena menyebabkan lebih dari 700.000 warga Palestina mengungsi, banyak di antaranya mencari perlindungan di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Sejak saat itulah, kerap berkecamuk beragam perseteruan antara kedua kelompok ini.
Api Neraka Akan Berkobar
Setelah menjatuhkan 6.000 bom di Jalur Gaza dan menempatkan 360.000 tentara di sepanjang perbatasan, seorang reporter The New York Times membuat penilaian berikut pada tanggal 13 Oktober:
“Seiring dengan persiapan militer Israel untuk kemungkinan invasi darat ke Jalur Gaza, maka api neraka yang berkobar di Gaza menjadi mimpi buruk yang potensial bagi seluruh kawasan, yang berisiko mengancam bukan hanya stabilitas Israel maupun wilayah Palestina, namun sekaligus Mesir, Irak, Yordania, dan Libanon.”
Berdasarkan situasi ini, tidak mengherankan bilamana para pemimpin dunia berusaha keras untuk meredam konflik antara Israel dan Hamas.
“Bagaimanapun juga, akan menjadi sebuah bencana besar seandainya konflik ini sampai ke Lebanon secara keseluruhan atau jika Iran terlibat secara langsung,” kata seorang pejabat Saudi. Namun, dampak dari konflik ini sudah mulai menyebar.
Pada tanggal 15 Oktober, Hizbullah, sebuah organisasi militan yang didukung Iran, meluncurkan setidaknya lima rudal anti-tank dari Lebanon ke Israel utara, membuka front kedua melawan Israel.
Sehari sebelumnya, para pejabat Iran telah memperingatkan bahwa Hizbullah “siap untuk bergabung dengan perjuangan Hamas.”
Berdoa Agar Ada Perdamaian
Umat Kristen dan Yahudi sama-sama telah mendoakan “kedamaian Yerusalem” (Mazmur 122:6) selama berabad-abad peperangan. Salah satu arti nama Yerusalem berarti “damai”.
Apakah Alkitab benar-benar mengatakan bahwa kedamaian akan datang ke kota duniawi ini pada saat yang sama ketika bait suci dibangun kembali?
Membangun Kembali Bait Allah
Banyak orang Kristen yang akan menjawab ya. Namun, orang-orang Yahudi menjawab bahwa mereka masih menantikan kedatangan Mesias dan membangun kembali Bait Allah, yang “tidak akan terjadi sebelum ada damai sejahtera yang kekal.”
Meskipun semua orang Kristen setuju bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dijanjikan, merekapun setuju bahwa antikristus akan muncul sebagai orang yang ditunggu-tunggu oleh orang Yahudi dan akan mendirikan bangunan “di Bait Allah dan memegahkan diri sebagai Allah” (2 Tesalonika 2:4).
Bait Suci Itulah Kamu
Sayangnya, bagi orang Kristen, ayat-ayat Alkitab ini tidak merujuk pada pembangunan bait suci secara fisik. Walaupun Tuhan Yesus menubuatkan penghancuran bait suci kedua (Matius 24:1, 2, 15, 16), yang dilakukan oleh bangsa Romawi pada tahun 70 masehi, satu-satunya referensi yang Tuhan Yesus berikan kepada pembangunan bait suci yang baru adalah “bait suci tubuh-Nya” (Yohanes 2:19-21).
Kepada “jemaat”, Paulus menyatakan, “Kamu adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” (1 Korintus 12:27, 28); kepada “bait Allah yang hidup” (2 Korintus 6:16).
Dalam Efesus 2, Paulus menguraikan bait suci ini: “Kamu adalah … anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru, yang di dalam Dia seluruh bangunan, yang telah dibangunkan menjadi satu kesatuan, bertumbuh menjadi bait kudus di dalam Tuhan” (ayat 19-21).
Anggota-anggota gereja Tuhan adalah orang-orang Yahudi secara rohani (Roma 2:28-29); oleh karena itu, gereja adalah bait Allah di zaman akhir ini.