Mengenali Pertobatan Sejati

Mengenali Pertobatan Sejati

 

Pertobatan beberapa orang seringkali merupakan pertobatan palsu, dan itu percuma bahkan cenderung berbahaya.

AkhirZaman.org: Mengenali Pertobatan Sejati. Setidaknya satu orang telah terbunuh. Nathan tahu hal ini. Rentetan skandal, yang terdiri dari perzinahan, konspirasi, dan pembunuhan telah mengguncang pemerintahan, mengancam militer dan moral bangsa pada masa peperangan. Semua bukti menunjuk jelas pada tahta, Raja dan jenderal kesayangannya. Dan Nathan diberikan tanggung jawab untuk memulai proses mengembalikan kepada keadaan yang benar.

Dia tahu bahwa keadaan akan memburuk sangat lama jika ini ditutupi terus-menerus. Tetapi Raja memiliki kekuasaan yang sangat besar dan ia menunjukkan sikap yang bengis pada siapapun yang mengancam untuk mengungkapnya. Jadi Nathan merencanakan pendekatan dengan sangat hati-hati.

Peristiwa-peristiwa yang dibahas adalah salah satu penyelidikan tentang proses pertobatan. Kita memiliki banyak penyelidikan tentang pengampunan. Lebih sedikit penyelidikan tentang para pelaku kesalahan yang belajar bagaimana bertobat. Semua itu karena, setiap orang yang telah menimbulkan sakit hati tidak ingin dikenali sebagai pelaku kesalahan. Dan kita juga menemukan kisah-kisah seperti “Bagaimana saya belajar untuk memaafkan” lebih banyak daripada kisah-kisah tentang “ bagaimana saya belajar untuk bertobat”. Kita tidak senang mengingat kembali saat-saat kita berbuat salah, dan setiap pembahasan tentang pertobatan biasanya dimulai dengan pengenalan bahwa kita sudah berbuat salah. Hal itulah yang menyebabkan kisah tentang Daud dan Batsyeba sangat tidak biasa. Karena disini kita melihat proses dari laki-laki sombong yang melakukan dosa sangat besar merendahkan diri di hadapan Tuhan, menunjukkan pada kita langkah-langkah yang menyakitkan pengalaman pertobatan. Kejadiannya terbagi dalam dua bagian: narasi kisah tanpa belas kasihan  dalam buku 2 Samuel dan nyanyian Daud tentang pengakuan dan pertobatannya dalam Mazmur 51.

Narasi, dimulai dari 2 Samuel 11, langsung dan tanpa belas kasihan. Diawali dengan tuduhan halus. “pada musim semi, saat dimana Raja maju berperang, Daud mengirim Yoab berangkat bersama dengan orang-orang  kepercayaan Raja dan seluruh tentara Israel.” Perhatikan bahwa sementara “saat dimana Raja pergi berperang, Daud mengirim” pada zaman dahulu, raja-raja memimpin tentaranya berperang, dan kalimat itu menyatakan bahwa seharusnya Daud memimpin tentaranya, justru sebaliknya, Daud mengirim mereka. Dan kelalaian tugas menuntun pada kelalaian berikutnya.

Saat merasa aman dan nyaman di istananya, pandangan mata Daud jatuh pada perempuan cantik istri pegawainya. Batsyeba sedang mandi di atas atap, pemandangan yang jelas dari istana Daud. Daud terpesona dengan kecantikannya dan ia menugaskan  pelayan untuk membawanya ke istana. Perhentian berikutnya adalah di tempat tidur.

Hal ini sudah sangat buruk, siapapun suaminya, tetapi Batsyeba adalah istri Uria orang Het, salah satu orang terbaik Raja. Dan Uria dikirim ke dalam peperangan yang dihindari oleh Raja! Batsyeba hamil. Daud telah mengkhianati orang kepercayaannya yaitu berzinah dengan istrinya, dan sekarang ia menambahkan pembunuhan, konspirasi dengan pimpinan Jenderal untuk membunuh Uria di medan perang.

Nathan menyadari bahwa pelanggaran-pelanggaran ini adalah pengkhianatan terhadap fondasi dasar dari peraturan Raja. Tentara macam apa yang meninggalkan istri dan pergi berperang namun kawatir istrinya akan diambil raja dan berencana akan membunuhnya? Jika peristiwa ini menjadi rahasia umum, tentara pasti memberontak, tahap pertama kekacauan.

Tetapi Raja tetap menyangkal, melakukan hal-hal ekstrim utnuk menutupi kejahatannya. Dan ini adalah Raja Daud, seorang pezinah yang tertekan dan menjadi konspirator dan pembunuh, raja dan ksatria hebat yang bersedia menggunakan segala senjata untuk mengubur kebenaran, yang harus dihadapi Nathan! Nathan tahu seorang raja dengan rasa bersalah bagaikan seekor singa yang sedang terluka, sangat berbahaya. Tetapi Alkitab katakan “Tuhan mengutus Nathan menemui Daud” (2 Samuel 12:1), dan Nathan pergi mendatangi gua singa.

Pada waktu itu, raja juga adalah kepala hakim negara, menyelesaikan perselisihan tiap perkara. Jadi Nathan memutuskan mendekati Daud dalam perannya sebagai hakim dan menghadapkan pada raja sebuah kisah ketidakadilan berat. ”Ada dua laki-laki dalam sebuah kota, Nathan memulai kisahnya, ”yang satu kaya dan yang lainnya miskin. Laki-laki kaya memiliki banyak sekali domba dan hewan ternak, tetapi yang miskin tidak mempunyai apapun selain dari seekor anak domba yang dibelinya. Dia membesarkannya, dan anak domba itu tumbuh besar bersama dia dan anak-anaknya. Mereka berbagi makanan dan minuman dengan domba itu dan bahkan tidur di pelukannya. Seperti anak perempuan baginya.

“sekarang datanglah seorang tamu ke rumah laki-laki kaya, tetapi dia menahan diri mengambil dari milik kepunyaannya untuk disajikan pada sang tamu. Sebaliknya ia mengambil anak domba si miskin dan memasaknya untuk tamunya. (2 Samuel 1 – 14)

Marah dengan ketidakadilan yang terjadi, Daud berkata, ”di hadapan Tuhan yang hidup, orang yang berbuat demikian harus mati!”

“Kaulah orang itu!” Nathan mengungkapkan (ayat 5,7). Dan kemudian ia melanjutkan dengan segala kejahatannya satu per satu terhadap Uria orang Het. Ini menjelaskan pada kita tentang tahap kritis pertama dari pertobatan : perasaan bersalah, perwujudan dari perbuatan salah.

Perasaan bersalah

Kita sering berfikir bahwa perasaan bersalah sebagai akibat putusan pengadilan, tetapi perasaan bersalah yang memimpin pada pertobatan timbul dari putusan tingkah laku kita. perasaan bersalah yang benar menghilangkan semua alasan-alasan dan pembenaran diri. Kita tetap tertuduh atas perasaan bersalah kita sendiri. Kata-kata penghakiman Daud untuk pencuri domba yang kaya yang dikisahkan Nathan menghasilkan dampak menenangkan: dia tetap tertuduh, bukan oleh orang lain, tetapi oleh dirinya sendiri.

Sampai pada titik ini, Daud hanya berfokus pada konsekwensi dari tindakan-tindakannya, menutupi kejahatan satu di atas yang lain sebagai usaha untuk menghindari hukuman. Tetapi sekarang Daud mengenali ketakutan sesungguhnya atas perbuatannya dan pertama kalinya, dia menerima kenyataan bahwa dia pantas dihukum. Kesadaran  sejati selalu memimpin pada tahap berikutnya, pada pengakuan. Raja Daud mengakui bahwa ”Aku telah berdosa di hadapan Tuhan” (ayat13)

Pengakuan
Dalam pengakuan, kita menyatakan kesalahan kita di hadapan orang lain. Sama halnya dengan babtisan mewakili demontrasi keluar atas perubahan di dalam. Pengakuan menyatakan secara terbuka kesadaran di dalam. Sesungguhnya, pengakuan menyingkap dengan tepat apakah orang tersebut telah mengalami kesadaran sesungguhnya atau tidak.

Anda mungkin pernah mendengar ungkapan, ”maafkan saya jika telah membuat anda tersinggung oleh apapun perkataan atau perbuatan saya”. Bagaimanapun, pernyataan semacam itu mengungkap kurangnya kesadaran. “jika anda tersinggung” menempatkan tanggungjawab menyinggung pada penerima bukan pelaku. Dan kata apapun tidak menjelaskan kesalahan apakah itu. Secara kontras, Daud memberikan pengakuan yang nyata, menyatakan kesadaran yang sesungguhnya. ”Saya telah berdosa.” Katanya—bukan “mungkin” atau  “jika”—dia berdosa. Dia tidak memberi alasan-alasan, alibi, dan tidak bersilat lidah. Ini adalah pengakuan kesalahan yang sejati.

Dalam mazmur 51, Daud lebih dalam mengakui : ”Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat,” (ayat 5, 6). ”jadikanlah aku tahir ya Allah, dan perbaruilah batinku dengan roh yang teguh!” (ayat 12). Dan tahap terakhir : pertobatan.

Pertobatan
Dalam bahasa Ibrani, pertobatan artinya “berbalik arah” Perasaan bersalah, pengenalan pribadi akan kesalahan adalah penting. Pengakuan memastikan perubahan internal tersebut. Tetapi bukti terkuat dari pertobatan adalah perbuatan selanjutnya. Ya, kita dapat gagal lagi dalam kelemahan. Pertobatan sejati dan sepenuhnya, berbalik dari Iblis, tidak menjamin kesempurnaan. Tetapi perubahan dalam perilaku adalah bukti “berbalik” dari Iblis. Pertobatan adalah komitmen sejati untuk tidak mengulangi kesalahan.

Pecandu alkohol yang dalam pemulihan diminta untuk mengubah perilaku mereka dengan menjauhi tempat-tempat di mana mereka biasa minum. Ini  adalah contoh dari pertobatan “berbalik arah”. Pertobatan sering menuntut kita untuk mengubah perilaku menjauhi godaan. Dan kisah pertobatan Daud menunjukkan “berbalik arah” dengan sangat baik.

Kisah perzinahan Daud dimulai dengan ketika Daud ada di istananya sementara tentaranya pergi berperang, tetapi pada akhirnya : “Sesudah itu Daud mengumpulkan seluruh tentara, ia berangkat ke kota Raba dan berperang melawannya, lalu merebutnya.“ (2 Samuel 12:29)

Jika ada permandian indah di atas di Yerusalem, Daud tidak disana lagi untuk melihatnya. Dia sedang bersama tentaranya, di mana seharusnya ia berada, yang mana godaan semacam itu tidak ada.

Oleh: Ed Dickerson
Ditulis pada majalah “Sign of the Time”, edisi Maret 2011
Diterjemahkan oleh akhirzaman.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top