(dalam pelajaran Kemanusiaan Yesus bag. 4b kita mengakhiri dengan satu pertanyaan: apa yang kemudian menjadi jalan dan pilihan manusia setelah lebih mendengarkan suara Iblis? Mari kita lihat jawabannya dalam pelajaran kali ini).
6. Manusia Mengikuti Jejak Iblis Dalam Keinginannya Untuk Meninggikan Dirinya Di Atas Allah.
Tidak lama sesudah dunia dibinasakan oleh Air Bah, manusia telah dibawa oleh iblis untuk meninggikan diri mereka di atas Allah. Kata mereka: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama.” Kejadian 11:4.
Aspirasi manusia adalah sama dengan aspirasi Lucifer. Manusia tidak mau puas kalau belum mencapai langit dan menyamakan dirinya dengan Allah! Inilah zaman dahulu kala pada saat mana manusia secara bersama-sama hendak mendirikan kota dan menara Babel.
Tetapi aspirasi manusia ini tidak terbatas pada zaman setelah air bah saja. Pada zaman raja-raja Babel, Tuhan telah menyatakan melalui nabi Daniel bahwa akan ada keturunan-keturunan dari raja Babel yang hidup pada akhir zaman yang akan mengikuti jejak raja Babel dalam ”mengucapkan perkataan yang menentang yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang Kudus Yang Mahatinggi. ” – Dan. 7:25.
Paulus juga telah diberi penglihatan ke hari depan. Melalui ilham Roh, Paulus telah menulis bahwa sebelum kedatangan Yesus yang kedua kalinya, ”Haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah. ” – 2 Tesalonika 2:3, 4.
Ya, manusia akan meninggikan dirinya di atas Allah. Kita akan melihat gambar seperti yang di bawah :
a.
b.
a. Persegi panjang adalah gambaran manusia, sementara bujur sangkar adalah gambaran tentang Tuhan. Sehingga maksud dari gambar ”a” adalah gambaran manusia yang meninggikan dirinya di atas Allah.
b. Pada hakekatnya manusia hanya dikendalikan Iblis.
7. Persamaan Di Antara Semua Manusia
Manusia suka sekali membuat perbedaan-perbedaan di antara mereka sendiri. Kecenderungan ini adalah sebagai akibat keberhasilan Iblis dalam menceraikan manusia dari Allah dan membawa dia di bawah kendali diri sendiri. Manusia tidak menyadari bahwa dirinya itu sebenarnya sudah ditawan Iblis, dan gambar ’b’ yang di atas sesungguhnya sudah berlaku bagi semua. Bila manusia tidak mau disadarkan oleh Tuhan tentang keadaannya, ia akan berada dalam bahaya besar untuk diceraikan dari Allah pada saat kedatangan Yesus kedua kalinya.
Kata firman Tuhan: ”Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak …. Semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: ’Tidak ada yang benar, seorangpun tidak …. semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak …. jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada.’” – Roma 3:9-18.
8. Rencana Keselamatan Yesus Kristus.
Yesus mengetahui bahwa semua manusia sudah jatuh ke dalam kendali setan, dan tidak ada seorang pun yang dapat menolong dirinya untuk melepaskan dirinya dari kendali tersebut. 1 2 3
Itulah sebabnya, dalam belas kasihNya, Ia turun tangan untuk menyelamatkan manusia. Jalan yang telah ditempuhNya dinyatakan oleh Rasul Paulus sebagai berikut: ”Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” – Filipi 2:6,7.
”Allah … mengutus anakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa … (untuk) menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.” – Roma 8:3.
Artinya: Yesus yang memegang hak ke-Allahan sama dengan Allah telah merelakan diriNya untuk tidak mempertahankan kedudukanNya yang Mahatinggi itu. Ia telah memilih untuk mengosongkan diriNya dari keilahianNya sendiri dan mengambil rupa manusia dengan daging yang dilemahkan oleh dosa yang Dia sendiri tidak perbuat, agar manusia yang tidak berdaya dalam keadaan dagingnya untuk menuruti huklum-hukum Allah, dapat diselamatkanNya dengan jalan Dia sendiri mengalahkan dosa melalui penurutanNya kepada hukum-hukum Allah di dalam keadaan daging Yang tidak berdaya itu.
Kata-kata ini akan kita jelaskan dengan gambar-gambar dalam dua tahap. Tahap pertama adalah tahap Yesus meninggalkan kesetaraanNya dengan Allah untuk menjadi manusia dengan daging yang sama dengan daging kita yang dikuasai dosa.
1 2 3 (a)
1 3 (b)
2 (c)
(a) Yesus dalam kesetaraannya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus.
(b) Yesus tidak lagi mempertahankan kesetaraan posisiNya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus.
(c) Yesus mengosongkan diriNya dari keilahianNya dan mengambil rupa yang sama dengan rupa kita di dalam daging yang dikuasai dosa seperti daging kita.
Tahap ”b” adalah tahap Yesus, di dalam kemanusiaanNya, menyatukan diriNya dengan keilahian Roh Kudus dan Allah Bapa, agar apa yang tidak dapat dilakukan oleh daging manusia dalam kelemahannya, Yesus dapat mematahkan dosa oleh penurutanNya kepada hukum-hukum Allah dengan kuasa dari Allah Bapa dan Roh Kudus.
1 3
1 dan 3 adalah simbol Allah Bapa dan Roh Kudus, sedangkan lambang dari Yesus dalam mengenakan kemanusiaan. Jadi gambar di atas melukiskan keadaan Yesus pada saat Ia hidup di dunia ini dalam kemanusiaanNya.
Perlu sekali diperhatikan bahwa keberhasilan Yesus dalam menundukkan kuasa kemauan kemanusiaanNya kepada kuasa kemauan Roh Kudus dan Allah Bapa tidak terletak pada keistimewaan ”kuasa kemauan kemanusiaanNya”, pun juga tidak terletak pada keilahianNya sendiri.
Kemenangan Yesus sepenuhnya terletak pada kerendahanNya untuk mau mempelajari firman Allah dan mempercayai segenap kebenaran yang dibentangkan oleh firman tersebut. KerendahanNya dalam mau menerima kebenaran firman Allah, membuat Roh Kudus dapat menguasai hidupNya.
Yesus adalah teladan kita dalam kerendahan hati. Kalau saja kita mau mempelajari kerendahan hatiNya itu, kita semua akan berada dalam kedudukan yang lebih baik untuk dapat dikendalikan oleh Roh Kudus.
Oleh sebab itu, marilah kita selalu menggunakan waktu kita untuk memikirkan jalan kemenangan yang telah ditempuh oleh Yesus. Walaupun Ia adalah setara dengan Allah, Ia tidak memikirkan bahwa kesetaraan itu perlu dipertahankan demi keselamatan manusia. Inilah yang kita perlu pelajari selalu.
Agama bukanlah pelajaran-pelajaran secara teori. Agama adalah praktek hidup sehari-hari! Kemenangan kita tidak akan datang dari bangku sekolah dan bangku gereja. Kemenangan kita akan datang dari apa yang akan dihadapkan oleh Allah kepada kita di mana-mana pada setiap saat. Jalan yang telah dipilih oleh Yesus biarlah menjadi jalan yang akan kita lalui! Semoga Roh Kudus makin hari makin berkenan untuk berjalan bersama-sama dengan kita!
Sumber: Alm. Gito Siswoyo Kadarman (hampir semua pelajaran Pendalaman atau Belajar Firman Tuhan kita selama beberapa bulan ini adalah pelajaran dari beliau semasanya hidupnya).