[AkhirZaman.org] Beberapa kalangan sekuler percaya bahwa orang-orang harus memilih antara ilmu pengetahuan dengan Tuhan. Seiring khalayak umum mulai menolak pernyataan keliru dan bodoh ini, banyak ahli filsafat coba mendefinisikan kembali Tuhan untuk menyesuaikannya sesuai parameter ideologi materialistik mereka. Akankah itu berhasil?
Nancy Abrams adalah seorang penulis, musisi, pengacara dan ahli filsafat. Di bukunya yang terakhir, A God That Could Be Real (Seorang Tuhan yang Mungkin Ada), ia mendiskusikan apa yang ia lihat sebagai ketegangan besar antara iman dan ilmu pengetahuan.
“Ilmu pengetahuan tidak akan pernah dapat mengatakan kepada kita apa yang benar, karena selalu ada kemungkinan bahwa penemuan di masa yang mendatang akan mengesampingkan apa yang tidak mungkin … Kapanpun ilmuwan memproduksi bukti yang secara meyakinkan mengesampingkan yang mustahil, tidak ada poin dalam berargumentasi. Itu sudah berakhir. Kasih karunia terletak pada penerimaan dan perhitungan ulang. Demikianlah ilmu pengetahuan melangkah maju.” (http://www.npr.org/sections/13.7/2015/04/23/401643807/a-god-that-could-be-real-in-the-scientific-universe).
Abrams lalu bertanya “Bagaimana kalau kita berpikir demikian tentang Tuhan?” Membawa “bukti dari sebuah kenyataan kosmik secara serius,” dia percaya kita sederhananya “mengesampingkan yang tidak mungkin” dan lalu melihat apa yang masih ada. Hasil akhirnya apabila kita melepaskan yang “tidak nyata,” adalah bahwa kita akan memiliki “Tuhan yang nyata.” Ia lalu mencatatkan karakteristik Tuhan yang tidak mungkin nyata:
1. Tuhan ada sebelum alam semesta.
2. Tuhan menciptakan alam semesta.
3. Tuhan Maha tahu.
4. Tuhan menghendaki segalanya terjadi.
5. Tuhan dapat memilih untuk melanggar hukum alam.
Setiap hal di atas adalah semua yang Alkitab katakan mengenai Tuhan (dengan pengecualian untuk nomor 4*). Jadi menurut Abrams, karena hal ini secara fisik semuanya “mustahil,” kita harus bergerak di luar pikiran untuk membubarkan keberadaan Tuhan dan sederhananya memikirkan seperti apa Tuhan kalau Ia ada. Dia percaya bahwa mendefinisikan kembali Tuhan seperti ini “sebenarnya berada dalam tangan kita.”
Akan tetapi filosofi semacam ini sederhananya membawa manusia membuat ilah jenis baru seperti yang mereka suka. Abrams mendesak bahwa “teori gelap” akan hal-hal gelap dan energi kegelapan adalah kebenaran fundamental untuk kosmologi kita dan percaya pertanyaan, “Apakah Tuhan itu ada?” untuk menjadi tanpa mengharapan, distraksi penuh spekulasi yang tidak akan pernah membawa ras manusia ke manapun secara positif.
Sebaliknya dan lebih tepatnya, pentanyaan “Apakah Tuhan itu ada?” akan membawa dia dan orang lain seperti dia pada sebuah kesimpulan yang sederhananya tidak mereka suka, jadi alternatif apa yang mereka miliki kecuali untuk berjalan dalam kegelapan dan tetap menyebutnya terang?
Kami percaya bahwa ilmu pengetahuan dan iman hadir dalam keselarasan sempurna dan tidak ada ketegangan antara kebenaran ilmu pengetahuan dan Firman Tuhan. Firman Tuhan tidak hanya menyediakan kita dengan sebuah pandangan akurat dan beralasan mengenai kosmos, itu juga secara jelas mendefinisikan seorang Tuhan yang ada sebelum alam semesta ada, yang menciptakan semua yang kita lihat, dan tahu segalanya (lihat Yesaya 40:28).
Kalau Anda sungguh rindu menemukan terang kebenaran, Anda akan menemukannya saat dengan rendah hati mencari Tuhan dari Alkitab. Di sini Anda akan melihat Sang Pencipta yang “memisahkan terang dan kegelapan” (Kejadian 1:4). Teori kegelapan tidak dapat menyembunyikan Tuhan (Mazmur 139:11), jadi marilah kita waspada akan siapapun yang mau mendefinisikan ulang Tuhan untuk menyesuaikan dengan parameter pandangan mereka yang terbatas. “Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan” (Yesaya 5:20).
Tuhan tentunya tidak ingin umat-Nya untuk berbuat dosa, dan kehendak-Nya seringkali disangkal oleh para pendosa. Akan tetapi Tuhan mau agar umat-Nya memiliki kebebasan memilih.