4. Perjanjian Yang Lama Dan Perjanjian Yang Baru Dinyatakan Dalam Kehidupan Abraham
[AkhirZaman.org] Melalui kebenaran Alkitab, kita akan melihat bahwa perbedaan di antara perjanjian Allah yang lama dan perjanjian Allah yang baru, telah dinyatakan dalam kehidupan leluhur kita Abraham. Hal ini kita tekankan di sini, oleh sebab banyak orang Kristen telah membuat pembedaan di antara buku PERJANJIAN LAMA dan buku PERJANJIAN BARU. Banyak orang hanya mau mengikuti ungkapan kebenaran apabila ditulis dalam buku PERJANJIAN BARU. Betapa salahnya pendirian ini!
Kebenaran Alkitab merupakan suatu jalinan yang utuh dari tulisan-tulisan PERJANJIAN LAMA sampai tulisan-tulisan PERJANJIAN BARU. Kedua tulisan itu tidak dapat dipisah-pisahkan!
Marilah kita belajar dari tulisan Rasul Paulus yang terdapat dalam Galatia 4:22-26. Demikian bunyinya: “Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji. Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah; yang satu berasal dari Gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar – Hagar ialah Gunung Sinai di Tanah Arab – dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.”
Atas dasar tulisan Rasul Paulus yang di atas, kita dapat membedakan kedua perjanjian Allah itu sebagai berikut:
1. Menurut Daging.
Hagar dan Ismael.
Sinai – mencari penurutan dengan kekuatan daging.
Hasilnya: Yerusalem yang berada di dunia sekarang ini, yang akan dibinasakan.
2. Menurut Janji.
Sara dan Ishak.
Golgotha – mencari penurutan dengan kekuasaan IMAN.
Hasilnya: Yerusalem Sorgawi (Wahyu 21:2) yang telah direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri.
Dua jalan yang sangat mudah dimengerti telah dikemukakan oleh Allah kepada kita. Satu jalan akan membuat kita ikut dibinasakan dengan dunia yang sekarang ini, dan jalan yang lainnya akan membuat kita mewarisi Yerusalem Sorgawi yang telah dijanjikan oleh Allah kepada kita.
Abraham telah menerima satu janji bagi seorang keturunan dari Allah. Tetapi Abraham dan Sara telah menanggapi janji Allah itu dengan “pikiran daging” mereka. Mereka melihat bahwa Sara sudah tua dan melampaui segala kemungkinan untuk dapat memperoleh keturunan lagi. Mereka menyimpulkan bahwa keturunan Abraham tidaklah mungkin datang dari Sara. Oleh sebab itu, keduanya telah bersepakat bahwa keturunan Abraham haruslah datang melalui seorang perempuan yang lain. Inilah yang jalan yang mereka pilih berdasar pikiran manusiawi, yang dalam anggapan mereka akan menjadi jalan di mana janji Allah itu dapat digenapi.
Lalu Abraham mengambil Hagar, seorang hamba perempuannya, dan melahirkan Ismael. Walaupun Ismael, secara silsilah, adalah bapa bangsa Arab yang kita kenal sekarang, Alkitab menggunakan Ismael secara rohani untuk mengibaratkan bangsa Israel yang telah membuat suatu perjanjian dengan perjanjian Allah di Gunung Sinai.
Kita masih ingat bagaimana Tuhan telah datang di Gunung Sinai dengan pameran kebesaran dan kemuliaan-Nya yang luar biasa.
“Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena Tuhan turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. Bunyi sangkakala kian lama kian keras.” – Keluaran 19:16, 18.
“Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. Mereka berkata kepada Musa: ‘Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati.’” – Keluaran 20:18, 19.
Israel dahulu kala mudah sekali melupakan kebesaran Allah. Sama halnya dengan kita! Kita berseru kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh hanya apabila kita sudah ditimpa ketakutan oleh karena rumah kita sedang digoncang gempa bumi yang dahsyat, atau kita sedang ditimpa malapetaka yang lainnya. Tetapi, apabila kita sudah dilepaskan dari malapetaka itu dan segala sesuatu sudah berjalan baik dan normal lagi, kita kembali melupakan Allah dan mulai melawan kehendak-Nya!
“Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.” – Keluaran 19:5.
Betapa sigapnya Israel telah menanggapi apa yang dikatakan Tuhan di atas! Tanpa memikir panjang apakah arti “mendengarkan firman-Ku” dan “berpegang pada perjanjian-Ku”, mereka dibawa oleh kebanggaan bahwa mereka akan “menjadi harta kesayangan” Tuhan sendiri “dari antara segala bangsa”. Tanpa memikir panjang apakah arti ucapan “menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus”, mereka secara spontan menyampaikan jawab kepada Tuhan bahwa: “Segala yang difirmankan Tuhan akan kami lakukan.” – Keluaran 19:8.
Israel dipenuhi rasa percaya diri pada kemampuan mereka sendiri untuk melakukan segala sesuatu yang telah difirmankan Tuhan! Israel telah lupa bahwa ada setan dan malaikat-malaikat jahatnya yang jauh lebih kuat dari mereka! Mereka telah lupa untuk selalu bergantung kepada Tuhan!
Sinai melambangkan usaha Israel untuk menggenapi perjanjian Allah dengan mereka berdasarkan kekuatan daging mereka sendiri.
Apakah hasilnya? Oleh karena kepercayaan mereka pada kemampuan mereka sendiri, mereka telah menolak Yesus sebagai Juruselamat mereka. Akibatnya, mereka telah dikerat sebagai bangsa pilihan Allah, dan Yerusalem serta rumah ibadat mereka yang berada di Yerusalem dibinasakan oleh Allah. Tuhan telah memutuskan perkara-Nya, dan Yerusalem akan tetap mengibaratkan Sinai dan akan dibinasakan bersama-sama dengan dunia ini.
Hanya ada satu Yerusalem yang dapat diterima oleh Allah, yaitu Yerusalem Sorgawi yang akan turun dari sorga. Allah tidak akan menerima sebuah kota yang lain. Allah sudah berjanji kepada Abraham dengan sumpah, dan Allah akan menggenapi janji-Nya dengan menurunkan Yerusalem Sorgawi yang telah direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Apa saja yang lainnya, yang dibangun oleh manusia, tidak akan memenuhi syarat-syarat kesucian Allah.
Yerusalem Sorgawi ini hanya akan diwarisi melalui perjanjian yang baru, yaitu suatu perjanjian yang berdasarkan kegenapan janji Allah melulu. Warisan ini akan disampaikan melalui Sara, yang walaupun telah melewati umur untuk dapat melahirkan seorang anak laki-laki, telah melahirkan Ishak sebagai suatu pemberian sesuai dengan janji Allah itu. Perjanjian ini didasarkan atas perbuatan dari Allah dan bukan atas usaha dan kebaikan manusia itu sendiri.
Perjanjian yang baru ini didasarkan atas Bukit Golgotha. Perjanjian ini berdasarkan IMAN pada jasa penebusan Yesus Kristus. Dunia yang sekarang ini akan dilebur. Ini adalah janji Allah yang sudah dikatakan-Nya dengan sumpah. Segala sesuatu yang ada di dunia ini, yang sudah pernah dijamah oleh dosa, akan dihancurkan sampai meleleh oleh panas api dari Allah. Yang tidak ikut dibakar adalah umat percaya yang akan diangkat dari dunia ini untuk bertemu dengan Yesus di awan-awan. Mereka dan Yerusalem Sorgawi saja yang akan luput dari api Allah oleh sebab mereka ada di luar dunia ini.
5. Adakah Di antara Kita Yang Masih Merasa Tergoda Untuk Mengikuti Jalan Keselamatan Menurut Perjanjian Yang Pertama di Gunung Sinai?
Inilah permasalahan yang menghadapi kita yang mengaku sebagai umat Tuhan. Kita begitu terpikat pada usaha-usaha kita untuk menurut sepuluh hukum dengan kekuatan dan kuasa kemauan kita sendiri sehingga Yesus telah terlupakan di belakang kita. Kita menuju ke sorga dengan semangat yang begitu tinggi melalui usaha-usaha penarikan jiwa yang tidak berpusat pada pengorbanan Kristus, sehingga salib-Nya sudah tidak kita pandang lagi.
Kita, kita dan sekali lagi kita yang telah menjadi fokus perhatian pikiran kita, sehingga kita menjadi tidak sadar lagi bahwa kita telah memisahkan diri kita dari Kristus. Yang membuat keadaan kita sangat berbahaya adalah bahwa kita mengaku percaya pada Yesus Kristus. Kita menipu diri kita sendiri bahwa pengakuan kita itu adalah cukup untuk membawa kita ke sorga melalui jalan IMAN yang telah digariskan oleh perjanjian yang baru. Kita mengaku bahwa kita mempercayai darah yang telah dikorbankan di Bukit Golgotha. Hal ini memang benar secara pengakuan. Tetapi sayang sekali, kuasa darah korban di Golgotha itu sama sekali tidak bekerja di dalam kebanyakan dari kita!
Apakah sebabnya hal ini dapat terjadi? Apakah sebabnya kita dinyatakan suam-suam kuku sebagai bukti bahwa kuasa darah Kristus itu tidak ada bersama kita? Kita boleh menyangkal kebenaran, tetapi dengan menyangkal kebenaran justru sesungguhnya kita akan lebih menggenapi teguran-teguran firman Allah! Mengapa kita harus memerangi firman Tuhan lebih lama lagi? Apakah tidak lebih baik bagi diri kita sendiri, apabila kita mau belajar untuk lebih merendah di hadapan Allah?
Dengan sekadar mengaku menaruh IMAN pada Yesus Kristus, kita menjadi tidak sadar bahwa kita berada dalam keadaan yang sama dengan Israel pada zaman dahulu kala. Kita telah mengikuti perjanjian di Sinai! Mereka mengikuti jejak Ismael dan Hagar adalah ibu mereka! Tuhan mengetahui hal ini! Itulah sebabnya dalam belas kasihan-Nya terhadap kita, Ia telah menyampaikan pekabaran-pekabaran-Nya kepada kita. Kita digugah agar bangun dari tidur sebelum kita terjebak setan dan tidak dapat keluar dari jebakannya!
Tuhan telah menggunakan alat-alat pilihan-Nya sendiri untuk memberitakan pekabaran-Nya di mana-mana di dunia ini. Di tengah-tengah banyaknya hamba-hamba Allah yang sekadar mengaku memiliki iman, namun Tuhan tetap memiliki hamba-hamba-Nya yang setia untuk membangunkan sidang-Nya yang tertidur!
Kita harus memasang telinga kita, dan memperhalus kepekaan hati nurani kita, agar kita dapat menangkap setiap terang yang dikirim Allah kepada sidang-Nya.
Hentikan segala perselisihan di antara kita sendiri, bergumullah dalam doa yang sungguh-sungguh setiap hari untuk setiap dosa dan kelemahan kita, akuilah segala sifat, tabiat atau pun tingkah laku kita yang mementingkan diri sendiri itu yang telah ditunjukkan oleh Tuhan.
Buatlah perjanjian yang baru dengan IMAN bukan dengan kekuatan kita sendiri bahwa kelak suatu saat segenap hukum kasihNya akan genap dalam kehidupan pribadi kita dan nama Tuhan akan ditinggikan untuk selama-lamanya. Biarlah segala pujian, hormat, dan kemuliaan hanya ditujukan kepada YESUS KRISTUS yang telah tertumpah darah-Nya di salib Golgota!
Tanda-tanda kedatangan Tuhan sudah sangat semakin jelas, TUHAN segera akan datang! Maukah saudara dipersiapkan oleh-Nya? TUHAN rindu segera bertemu dengan umat-Nya di angkasa (1 Tes. 4:17), bagaimana dengan kita?
MARANATHA !!!