Pengakuan Dosa
Kepada mereka yang ingin berdoa agar kesehatannya pulih seharusnya dijelaskan bahwa pelanggaran terhadap hukum Allah, baik itu hukum alam atau hukum rohani, adalah dosa, dan agar manusia menerima berkat-Nya maka dosa harus diakui dan ditinggalkan.
Kitab suci menganjurkan kita, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.” Yakobus 5:16. Kepada orang yang minta didoakan, hadapkanlah pemikiran ini: “Kita tidak dapat membaca hati, atau mengetahui rahasia kehidupanmu. Hal ini hanya diketahui oleh dirimu dan oleh Allah. Jikalau engkau bertobat dari dosa-dosamu, adalah tugasmu untuk mengakuinya.”
Dosa yang bersifat pribadi harus diakui kepada Kristus, satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia. Namun “jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil.” 1 Yohanes 2:1. Setiap dosa adalah melawan Allah dan harus diakui kepada-Nya melalui Kristus.
Setiap dosa terang-terangan harus diakui pula secara terang-terangan. Kesalahan yang dilakukan terhadap sesamanya haruslah dibereskan dengan orang kepada siapa kita berbuat kesalahan. Jika ada seseorang yang mencari kesehatan bersalah karena mengucapkan kata yang kasar, kalau mereka telah menanam bibit perselisihan di rumah tangga, dengan tetangga, atau di gereja, dan telah menimbulkan perpecahan dan kerusuhan, jika mereka dengan perbuatan yang salah mereka telah membuat orang lain berdosa, hal-hal ini haruslah diakui di hadapan Allah dan di hadapan mereka yang bersangkutan.
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1:9
Apabila kesalahan-kesalahan telah diperbaiki, kita dapat menghadapkan kebutuhan orang sakit itu kepada Tuhan dalam iman yang sungguh, sebagaimana Roh-Nya bisa tunjukkan kepada kita. Allah mengenal setiap orang dengan namanya, dan memelihara masing-masing seakan-akan tidak ada lagi orang lain di dunia ini untuk siapa Ia sudah mengaruniakan Putra-Nya yang kekasih itu. Karena begitu besar dan begitu pasti kasih Allah itu, maka orang sakit itu harus didorong untuk percaya pada-Nya dan bergembira.
Merisaukan diri sendiri cenderung mengakibatkan kelemahan dan penyakit. Kalau mereka bangkit dari tekanan dan kesusahan, maka harapan kesembuhan akan lebih baik; karena “sesungguhnya mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya.” Mazmur 33:18.
Dalam doa bagi orang sakit haruslah diingat bahwa “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa.” Roma 8:26. Kita tidak tahu apakah berkat yang kita inginkan itu adalah yang terbaik atau tidak. Karena itu doa kita harus mencakup pemikiran ini: “Tuhan, Engkau tahu rahasia setiap jiwa. Engkau telah mengenal orang-orang ini. Yesus, Pembela mereka, telah memberikan hidup-Nya bagi mereka. Kasih-Nya bagi mereka, telah lebih besar dari kasih kami. Kalau begitu, kalau demi kemuliaanmu dan kebaikan orang-orang yang menderita, kami mohon, dalam nama Yesus, agar kesehatan mereka dapat dipulihkan, kami mohon agar anugerah-Mu dapat menghibur dan hadirat-Mu dapat mempertahankan mereka dalam penderitaan.”
Allah mengetahui akhir dari suatu permulaan. Ia mengenal hati semua orang. Ia membaca setiap rahasia jiwa. Ia tahu apakah mereka yang didoakan itu dapat atau tidak dapat bertahan menghadapi cobaan-cobaan yang akan menimpa mereka sekiranya mereka hidup. Ia tahu apakah hidup mereka akan menjadi berkat atau kutuk bagi mereka sendiri dan bagi dunia ini. Inilah salah satu sebab mengapa sementara kita menghadapkan permohonan dengan sungguh-sungguh kita harus mengatakan: “Bukanlah kehendakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Lukas 22:42.
Yesus menambahkan kata-kata penyerahan ini kepada kebijaksanaan dan kehendak Allah ketika berada di Taman Getsemani itu Ia memohon, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Matius 26:39. Dan kalau kata-kata itu diucapkan oleh yang adalah Anak Allah, maka sepantasnyalah bahwa perkataan seperti itu meluncur dari bibir orang-orang berdosa yang fana!
Jalan yang senantiasa ditempuh ialah menyerahkan segala keinginan kita kepada Bapa kita di surga yang bijaksana itu, kemudian dalam keyakinan yang sempurna kita berharap pada-Nya. Kita tahu bahwa Allah mendengar jika kita meminta sesuai dengan kehendak-Nya. Tetapi mendesakkan permohonan kita tanpa roh penyerahan tidaklah benar; doa-doa kita haruslah dalam bentuk pengantaraan, bukan bentuk perintah.
Ada kasus-kasus di mana Allah melakukan dengan pasti oleh kuasa ilahi-Nya untuk memulihkan kesehatan. Tetapi tidak semua orang sakit disembuhkan. Banyak yang sudah tidur dalam Yesus. Yohanes sewaktu di Pulau Patmos disuruh untuk menuliskan: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini. Sungguh, kata Roh, supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka , karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.” Wahyu 14:13.
Dari sini kita melihat bahwa kalau orang tidak disembuhkan, janganlah dengan ini mereka dihakimi sebagai orang yang kurang beriman.