Latihan Bagi Pertarungan Hidup
[AkhirZaman.org] Kita tidak dapat terlalu sering diingatkan bahwa kesehatan tidak tergantung pada suatu kebetulan. Itu adalah hasil penurutan akan hukum. Hal ini diakui oleh para atlet dalam olahraga atletik dan adu otot. Orang-orang ini sangat berhati-hati dalam persiapan. Mereka pasrah dalam latihan menyeluruh dan dengan disiplin yang ketat. Kebiasaan-kebiasaan tubuh diatur dengan teliti. Mereka tahu bahwa kelalaian, berlebihan, atau kesembronoan, yang memperlemah bahkan melumpuhkan sesuatu organ atau pun fungsi tubuh pasti akan mengakibatkan kekalahan.
Betapa lebih penting ketelitian yang demikian untuk memastikan keberhasilan dalam pertarungan hidup. Pertempuran yang kita hadapi bukanlah pura-pura. Kita tengah menghadapi peperangan di mana bergantung akibat-akibat yang kekal. Kita tidak melihat musuh yang sedang dilawan. Malaikat-malaikat jahat sedang berusaha untuk menguasai setiap manusia. Apa saja yang merusak kesehatan itu bukan hanya menurunkan kesanggupan fisik, tetapi cenderung melemahkan kemampuan mental dan moral. Kegemaran akan praktik yang tidak menyehatkan akan menyulitkan seseorang untuk membedakan yang benar dari yang salah, dengan demikian lebih sulitlah baginya untuk menolak kejahatan. Itu akan menambah bahaya kegagalan dan kekalahan.
“Tidak tahukah kamu bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah?” 1 Korintus 9:24a. Dalam peperangan yang sedang kita hadapi, semua orang bisa menang kalau mereka mendisiplin diri untuk menuruti prinsip-prinsip yang benar. Praktik pengamalan prinsip-prinsip ini dalam liku-liku hidup terlalu sering dianggap tidak penting–sesuatu yang terlalu sepele untuk diperhatikan. Tetapi karena hal ini terancam, tak satu pun hal yang harus kita lakukan yang tergolong kecil. Setiap tindakan mempengaruhi timbangan yang menentukan kemenangan atau kekalahan hidup. Kitab suci menyuruh kita, “Karena itu larilah begitu rupa sehingga kamu memperolehnya.” 1 Korintus 9:24b.
Orang tua kita yang pertama kehilangan Taman Firdaus karena selera yang tak terkendalikan. Manusia tidak menyadari bahwa untuk memulihkan Firdaus itu kita harus bertarak dalam segala hal.
Menunjuk kepada penyangkalan diri yang dilakukan oleh para peserta pertandingan pada zaman Yunani kuno, rasul Paulus menulis: “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka membuat demikian untuk memperoleh satu mahkota yang fana, tapi kita untuk memperoleh satu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” 1 Korintus 9:25-27.
Kemajuan reformasi kesehatan tergantung pada pengenalan yang jelas akan kebenaran dasar. Sementara di satu pihak bahaya mengintai melalui suatu filsafat picik, kekolotan yang keras dan kaku, di pihak lain ada satu bahaya besar dalam kebebasan yang serampangan. Dasar semua reformasi yang tangguh adalah hukum Allah. Kita harus mengemukakan dalam tulisan-tulisan yang jelas dan tegas akan perlunya menuruti hukum ini. Prinsip-prinsipnya harus tetap dihadapkan kepada orang banyak. Hukum itu sama kekal dan tak dapat ditawar-tawar sebagaimana Allah Sendiri.
Salah satu dari akibat yang mengerikan dari kemurtadan pada dasarnya adalah hilangnya kemampuan manusia akan pengendalian diri. Hanyalah dengan dipulihkannya kemampuan ini kemajuan yang nyata dapat diperoleh.
Tubuh adalah satu-satunya perantara dengan mana pikiran dan jiwa dikembangkan untuk pembentukan tabiat. Karena itulah musuh jiwa-jiwa mengarahkan godaannya kepada melemahkan dan memerosotkan kesanggupan-kesanggupan tubuh. Keberhasilannya dalam hal ini berarti penyerahan seluruh tubuhnya kepada kejahatan. Kecenderungan-kecenderungan dari sifat tubuh kita pasti akan mengakibatkan kerusakan dan kematian, kecuali berada di bawah perintah kuasa yang lebih tinggi.
Tubuh itu harus ditaklukkan. Kuasa yang lebih tinggi harus memerintahnya. Nafsu harus dikendalikan oleh kemauan yang dikuasai oleh Allah sendiri. Kemampuan nalar utama yang disucikan oleh rahmat ilahi haruslah mempengaruhi kehidupan kita.
Tuntutan-tuntutan Allah harus menguasai hati nurani. Pria dan wanita harus disadarkan akan kewajiban penguasaan diri, akan perlunya kemurnian, bebas dari segala selera yang merusak dan kebiasaan yang mencemarkan. Mereka perlu diyakinkan dengan fakta bahwa segala kemampuan pikiran dan tubuh adalah pemberian Allah, dan harus dipelihara dalam kondisi sebaik mungkin untuk pekerjaan-Nya.
Dalam upacara kuno yang melambangkan injil, tidak ada persembahan cacat yang boleh dipersembahkan di mezbah Allah. Korban yang melambangkan Kristus haruslah tidak bercela dan tidak bercacat. Firman Allah menyebut hal ini sebagai suatu gambaran agar anak-anak-Nya menjadi “persembahan yang hidup,” “kudus tanpa cacat,” “dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu.” Roma 12:1; Efesus 5:27.
Tidak akan terjadi pembaruan sejati di luar kuasa ilahi. Tembok pemisah manusia terhadap kecenderungan alami maupun kecenderungan yang dikembangkan tidak lebih dari tumpukan pasir terhadap arus yang deras. Kalau hidup Kristus sudah menjadi suatu kuasa yang menguatkan dalam hidup kita, barulah kita sanggup melawan godaan-godaan yang menyerang kita dari dalam maupun dari luar.
Kristus telah datang ke dunia ini dan menghidupkan hukum Allah, agar manusia dapat menguasai sepenuhnya kecenderungan alami yang merusak jiwa. Sebagai Tabib bagi tubuh dan jiwa, Ia memberi kemenangan atas nafsu-nafsu yang sedang mengganas. Ia telah menyediakan segala fasilitas agar manusia dapat memiliki kesempurnaan tabiat.
Bilamana seorang menyerah kepada Kristus, maka pikirannya dibuat tunduk kepada pengendalian hukum itu; tetapi hukum kerajaanlah yang menyatakan kebebasan bagi setiap tawanan. Oleh menjadi satu dengan Kristus, manusia dimerdekakan. Tunduk kepada kehendak Kristus berarti pemulihan kepada kedewasaan yang sempurna.
Penurutan akan Allah itu berarti kebebasan dari perbudakan dosa, dan kelepasan dari nafsu jahat dan keinginan buruk manusia. Manusia dapat mengalahkan dirinya sendiri, penakluk dari kecenderungan-kecenderungannya sendiri, penakluk kerajaan dan kekuasaan, “melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Efesus 6:12.
Tidak ada tempat di mana petunjuk seperti ini lebih diperlukan, dan tidak ada tempat lain di mana hal itu akan menghasilkan kebaikan yang lebih besar, daripada di rumahtangga. Para orangtua harus meletakkan dasar utama dari kebiasaan dan tabiat. Gerakan pembaruan harus dimulai dengan menunjukkan kepada mereka prinsip-prinsip hukum Allah yang menunjang kesehatan fisik maupun moral. Tunjukkanlah bahwa penurutan akan firman Allah adalah satu-satunya pelindung kita terhadap kejahatan yang menghanyutkan dunia ke dalam kebinasaan. Jelaskan tanggungjawab orangtua, bukan untuk mereka sendiri saja, tetapi juga bagi anak-anaknya. Mereka sedang memberi teladan kepada anak-anak mereka, apakah itu contoh penurutan atau pelanggaran. Dengan keteladanan dan pengajaran mereka, nasib seisi rumahtangganya ditentukan. Anak-anak akan berkembang sesuai dengan apa yang orangtua mereka bentuk.
Jika para orangtua dapat dituntun untuk menelusuri akibat dari tindakan mereka, dan dapat melihat bagaimana mereka melanjutkan dan mengembangkan kuasa dosa ataupun kuasa kebenaran oleh keteladanan dan pengajaran mereka, maka suatu perubahan pasti akan diadakan. Banyak orang akan berpaling dari tradisi dan kebiasaan, dan menerima prinsip-prinsip ilahi tentang kehidupan.