“Pergilah, dan Jangan Berbuat Dosa Lagi”
[AkhirZaman.org] Pesta Pondok Daunan sudah selesai. Para Imam dan rabi di Yerusalem telah dikalahkan dalam rencana mereka menangkap Yesus, dan pada waktu malam tiba, “Lalu mereka pulang masing-masing ke rumahnya, tetapi Yesus pergi ke Bukit Zaitun.” Yohanes 8:1
Dari kegemparan dan kekacauan di kota itu, dari kerumunan orang banyak yang gembira dan para rabi yang curang, Yesus pergi ke rumpun pohon zaitun yang tenang, di mana Ia dapat menyendiri bersama Allah. Tetapi pagi-pagi buta Ia kembali ke Kaabah; sementara orang-orang berkerumun sekeliling-Nya, Ia duduk dan mengajar mereka.
Tidak lama kemudian Ia terusik. Sekelompok Farisi dan ahli Taurat menghampiri-Nya, sambil menyeret seorang wanita yang ketakutan, yang dengan suara lantang dituduh telah melanggar hukum ketujuh. Setelah mendorong dia ke hadapan Yesus, mereka berkata dengan memperlihatkan rasa hormat yang munafik, “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Yohanes 8:4,5
Penghormatan mereka yang munafik itu menyelubungi rencana jahat untuk menjatuhkan-Nya. Andaikata Ia membebaskan wanita itu, Ia pasti akan dituduh meremehkan hukum Musa. Sekiranya Ia menyatakan bahwa wanita itu pantas dibunuh, Ia dapat dituduh di hadapan pejabat Roma mengambil alih kekuasaan yang hanya dimiliki mereka.
“Marilah, baiklah kita berperkara! – firman Tuhan – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Yesaya 1:18
Yesus mengamati suasana saat itu — korban yang gemetar karena rasa malu, Pemuka-pemuka yang berwajah seram, bahkan tanpa rasa peri kemanusiaan. Roh kemurnian-Nya yang tak bernoda itu terhenyak oleh keadaan itu. Seakan-akan tidak mendengar pertanyaan itu, Ia membungkuk dan memusatkan pandangan ke tanah, lalu mulai menulis di atas debu.
Tidak sabar atas penundaan dan ketidakacuhan-Nya, para penuduh itu datang mendekat dan mendesak agar masalah itu diperhatikan-Nya. Tetapi sementara mata mereka mengikuti mata Yesus memandang lantai di kaki-Nya, mereka terdiam. Di situ, terurai di hadapan mereka, dosa-dosa rahasia dalam kehidupan mereka sendiri.
Ia berdiri dan memandang tajam kepada tua-tua yang berniat jahat itu, lalu berkata: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Yohanes 8:7. Lalu Ia kembali membungkuk dan terus menulis.
Ia tidak mengesampingkan hukum Musa atau melanggar kekuasaan Roma. Para penuduh itu kalah. Sekarang, dengan jubah kekudusan yang munafik itu dirobek dari tubuh mereka, mereka berdiri dengan rasa bersalah dan terhukum, di hadapan kesucian yang tak terhingga. Mereka gemetar ketakutan kalau-kalau kejahatan yang tersembunyi dalam kehidupannya dinyatakan di hadapan khalayak ramai, maka dengan kepala tertunduk dan mata yang sayu satu per satu mereka beringsut meninggalkan korbannya bersama Juruselamat yang penuh belas kasihan.
Yesus bangkit lalu memandang wanita itu dan bertanya, “Hai perempuan, di manakah mereka. Tidak adakah seorang yang menghukum engkau? Jawabnya, “Tidak ada Tuhan.” Lalu kata Yesus, “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi, mulai sekarang.” Yohanes 8:10,11.
Perempuan itu gemetar ketakutan berdiri di hadapan Yesus. Ucapan Yesus, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu,” baginya adalah suatu vonis hukuman mati. Dia tidak berani mengangkat muka memandang wajah Yesus, tetapi dengan berdiam diri dia menantikan kebinasaannya. Dalam keheranan dia memperhatikan para penuduhnya beranjak kesal tanpa berbicara; kemudian kata-kata pengharapan terdengar di telinganya, “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi, mulai dari sekarang.” Hatinya hancur, dan sambil bersujud di kaki Yesus dia menyatakan kasih dan rasa syukurnya dengan menangis, dengan air mata kepahitan dia mengakui dosa-dosanya.
Baginya itulah permulaan satu kehidupan yang baru, satu kehidupan penuh kemurnian dan damai, yang dipasrahkan kepada Allah. Dalam mengangkat jiwa yang tenggelam ini Yesus melakukan satu mukjizat yang lebih besar dari penyembuhan sakit jasmani yang paling gawat; Ia menyembuhkan penyakit rohani yang dapat mengakibatkan kematian kekal. Perempuan yang bersalah ini menjadi salah seorang pengikut-Nya yang paling setia. Dengan kasih dan pengabdian yang tidak mementingkan diri dia menunjukkan rasa bersyukurnya atas kemurahan-Nya yang mengampuni itu. Bagi perempuan yang bersalah ini dunia hanya mempersalahkan dan mencaci maki, tetapi Orang yang Tidak Berdosa itu merasa iba atas kelemahannya dan mengulurkan tangan menolong dia. Sementara orang Farisi mencelanya, Yesus menyuruh dia, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi.”
Yesus mengetahui keadaan setiap jiwa. Lebih besar kesalahan orang berdosa itu, lebih banyak dia membutuhkan Juruselamat. Hati-Nya yang penuh kasih ilahi dan rasa simpati itu dicurahkan paling banyak bagi orang yang paling tidak berdaya terikat dalam jerat musuh. Dengan darah-Nya sendiri Ia telah menandatangani berkas-berkas persamaan hak dari kaum itu.
Yesus tidak menginginkan mereka yang sudah dibeli-Nya dengan harga yang begitu mahal menjadi buruan penggodaan musuh. Ia tidak ingin kalau kita dikalahkan dan binasa. Ia yang telah menutup mulut singa di lubangnya dan telah berjalan-jalan di dalam nyala api bersama para saksi-Nya yang setia, tetap bersedia bekerja bagi kita untuk mengalahkan setiap kejahatan dalam diri kita. Sekarang ini Ia sedang berdiri di hadapan mezbah kemurahan, di hadapan Allah menghadapkan doa mereka yang menginginkan pertolongan-Nya. Ia tidak pernah mengusir orang yang menangis karena hati hancur. Dengan bebas Ia akan mengampuni semua orang yang datang kepada-Nya meminta keampunan dan pemulihan. Ia tidak memberitahukan kepada seorang pun semua yang akan dinyatakan-Nya, tetapi Ia menyuruh setiap jiwa yang gemetar supaya memberanikan hati. Barangsiapa yang mau boleh memegang kekuatan Allah, dan berdamai dengan-Nya, dan Ia akan mengadakan perdamaian.
Jiwa-jiwa yang berpaling kepadaNya meminta perlindungan, Yesus mengangkatnya lebih tinggi daripada lidah-lidah yang menuduh dan memusuhi. Tidak ada manusia atau pun malaikat jahat yang dapat mendakwa jiwa-jiwa ini. Kristus merangkul mereka kepada sifat kemanusiaan-ilahi-Nya sendiri. Mereka berdiri di samping Penanggung Dosa yang agung itu di dalam cahaya yang terpancar dari takhta Allah.
Darah Yesus Kristus menyucikan kita “dari segala dosa.” 1 Yohanes 1:7.
“Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi, yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi pembela bagi kita?” Roma 8:33, 34.
Kristus telah menunjukkan bahwa Ia menguasai sepenuhnya angin dan gelombang, maupun orang-orang yang dirasuk Setan. Ia yang sudah mendiamkan angin ribut dan menenangkan lautan yang bergelora, Dialah yang mengucapkan kedamaian kepada pikiran-pikiran yang dikacaukan dan dikuasai oleh Setan.
Dalam rumah sembahyang di Kapernaum itu Yesus sedang berbicara tentang misi-Nya untuk membebaskan hamba-hamba dosa. Ia diganggu oleh satu teriakan yang mengerikan. Seorang gila berlari dari antara orang banyak, sambil berteriak, “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Markus 1:24.
Yesus menengking setan itu, dengan berkata, “‘Diam, keluarlah dari padanya!’ Dan setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya.” Lukas 4:35.
Penyebab penderitaan orang ini adalah juga kehidupannya sendiri. Dia telah terbuai dengan kesenangan dosa dan berpikir menjadikan hidupnya sebagai suatu pesta pora. Kebiasaan tidak bertarak dan kelakuan sembrono menyelewengkan sifat mulia dalam dirinya, dan Setan menguasai dirinya sepenuhnya. Penyesalan muncul terlambat. Ketika dia mau mengorbankan kekayaan dan kesenangan untuk memperoleh kembali keberaniannya yang hilang, dia menjadi tak berdaya dalam genggaman si jahat.
Di hadapan Juruselamat dia tergugah untuk merindukan kebebasan, tetapi Setan menolak kuasa Kristus. Ketika orang itu mencoba memohon pertolongan Yesus, roh jahat itu menempatkan kata-kata dalam mulutnya, dan berteriak dalam penderitaan penuh ketakutan. Orang yang dirasuk Setan itu menyadari sebagian bahwa dia berada di hadapan Seorang yang dapat membebaskannya; tetapi pada waktu dia mencoba untuk datang ke dalam jangkauan Tangan Yang Perkasa itu, satu keinginan lain menahannya, dan mengalirlah kata-kata lain dari mulutnya.
Peperangan antara kuasa Setan dan keinginannya sendiri akan kebebasan sangat mengerikan. Nampaknya orang teraniaya itu harus kehilangan nyawanya sewaktu bergumul melawan musuh yang telah merusak keberaniannya. Tetapi Juruselamat berbicara dengan kuasa untuk membebaskan tawanan itu. Orang yang sudah dikuasai itu berdiri di hadapan orang banyak yang keheranan itu dalam kemerdekaan penguasaan dirinya.
Dengan suara gembira dia memuji Allah karena telah dibebaskan. Mata yang tadinya melotot karena kegilaan sekarang berbinar dengan kecakapan dan digenangi air mata kegirangan. Orang banyak itu terperangah dengan heran. Segera setelah dapat berbicara, mereka berseru kepada satu sama lain, “Apakah ini? Satu ajaran baru! Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” Markus 1:27.
Sangat banyak orang sekarang ini benar-benar di bawah roh-roh jahat seperti orang yang dirasuk Setan di Kapernaum itu. Orang yang berpisah dari hukum-hukum Allah sedang menempatkan dirinya di bawah kuasa Setan. Banyak orang rusak karena kejahatan dan merasa bahwa dia dapat melepaskan diri semaunya; tetapi dia semakin terpikat, sampai didapatinya dirinya dikuasai oleh satu kuasa yang lebih kuat daripadanya. Dia tidak dapat melepaskan diri dari kuasa yang misterius itu. Dosa rahasia atau nafsu utama dapat menguasai dia sebagai tawanan yang sama tidak berdaya seperti orang gila di Kapernaum itu.
Namun kondisinya bukannya tanpa harapan. Allah tidak menguasai pikiran kita tanpa persetujuan kita; tetapi setiap orang bebas memilih kuasa manakah yang ia kehendaki menguasainya. Tidak ada yang jatuh terlalu dalam, tidak ada yang terlalu keji, tetapi mereka boleh mendapatkan kelepasan di dalam Kristus. Orang gila itu hanya dapat mengucapkan kata-kata Setan gantinya berdoa; namun kerinduan hati yang tak terucapkan itu didengar. Tidak ada jeritan sukma yang tidak diperhatikan walaupun itu gagal diungkapkan dengan kata-kata. Mereka yang setuju memasuki perjanjian dengan Allah tidak ditinggalkan kepada kuasa Setan atau kepada kelemahan diri sendiri.
“Dapatkah direbut kembali jarahan dari pahlawan atau dapatkah lolos tawanan orang gagah? . . . Beginilah firman Tuhan: tawanan pahlawan pun dapat direbut kembali, dan jarahan orang gagah dapat lolos, sebab Aku sendiri melawan orang yang melawan engkau dan Aku sendiri menyelamatkan anak-anakmu.” Yesaya 49:24, 25.
“Katakanlah kepada mereka; Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup.” Yehezkiel 33:11. “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; . . . Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan.” Yosua 24:15.
Sangat mengherankan perubahan yang terjadi dalam diri orang yang oleh iman membuka pintu hatinya kepada Juruselamat.
“Aku Memberikan Kuasa Kepadamu”
Sebagaimana kedua belas rasul, ketujuh puluh murid yang diutus Kristus kemudian itu menerima anugerah ajaib sebagai sebuah stempel dari misi mereka. Setelah menyelesaikan pekerjaan, mereka kembali dengan gembira, katanya, “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.” Lukas 10:17, 18.
Sejak itu para pengikut Kristus memandang Setan sebagai satu musuh yang sudah dikalahkan. Di kayu palang, Yesus harus memperoleh kemenangan demi mereka; kemenangan yang Ia inginkan supaya mereka terima sebagai milik sendiri. Kata-Nya, “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.” Lukas 10:19.
Kemahakuasaan Roh Kudus adalah pertahanan dari setiap jiwa yang menyesal sungguh-sungguh. Tidak ada orang yang di dalam penyesalan dan iman menuntut perlindungan-Nya akan dibiarkan Kristus berjalan di bawah kuasa musuh itu. Memang benar Setan adalah makhluk yang berkuasa, tetapi berterima kasihlah kepada Allah karena kita mempunyai Juruselamat yang perkasa, yang telah mengusir si jahat dari surga. Setan senang kalau kita membesar-besarkan kuasanya. Mengapa tidak membicarakan tentang Yesus? Mengapa tidak membesar-besarkan kuasa dan kasih-Nya?
Pelangi perjanjian yang melingkari takhta di atas adalah kesaksian kekal bahwa “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:16. Ayat ini menyaksikan kepada seluruh alam semesta bahwa Allah tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya dalam pergumulan melawan si jahat. Itu adalah suatu jaminan bagi kita akan kekuatan dan perlindungan selama takhta itu sendiri tetap ada.
Sumber: Hidup Yang Terbaik, bab 5