“TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu; Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah.”
Mazmur 34:18-20
[AkhirZaman.org] Kesengsaraan/kemalangan! kata ini membuat kita teringat mengenai kisah seorang pria yang diceritakan oleh nabi Amos. Pria itu lari terhadap singa, seekor beruang mendatangi dia, dan ketika ia sampai dirumah, bertopang dengan tangannya ke dinding, seekor ular memagut dia! Sungguh merupakan kisah ketidakberuntungan/kemalangan yang tragis dialami oleh orang tersebut.
Bahkan setiap orang yang tampaknya selalu tersenyum juga pernah mengalami hari-hari sengsara dan malang. Hari dimana segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Benar-benar sebuah kesialan! Ada orang-orang yang selalu mengalami hari-hari buruk. Hidup mereka tampaknya penuh dengan kemalangan.
Bagaimana reaksi anda menghadapi kemalangan? Kita semua melewati hari demi hari dimana kita berhadapan dengan pernyataan ini. Jadi hal ini layak untuk kita jadikan pemikiran.
Reaksi-reaksi Spontan
Berdasarkan watak atau kepribadian kita, kita cenderung bereaksi dalam umpatan, kemarahan, lewat pemberontakan, dengan keluhan, dan yang terakhir, jatuh kedalam keputusasaan. Kita juga bereaksi dengan merasa bersalah atau menuduh orang lain bertanggung jawab atas situasi yang kita alami entah mereka benar-benar salah atau tidak. Reaksi-reaksi seperti ini sangatlah normal dan bisa dimengerti, tapi dapatkah reaksi-reaksi itu membantu kita? Dalam banyak kasus, reaksi-reaksi itu tidak memberikan sebuah penyelesaian apa pun dalam permasalahan yang kita hadapi.
Beberapa dari reaksi-reaksi tersebut, seperti kemarahan atau pemberontakan, dapat memberikan kita rasa lega untuk sementara. Setelah badai berlalu, tekanannya dapat menurun dengan sendirinya.
Reaksi-reaksi tersebut bisa memberikan kita rasa simpati. Kita mencoba mengulas kembali, berusaha mencari apa yang menyebabkan kemalangan kita, dan akan menjadi kuat untuk menahan dan berjuang melawan kemalangan kita. Kadangkala, penting mengikuti langkah-langkah tersebut. Banyak kemajuan sosial yang telah dicapai berkat jenis reaksi ini. Namun, ada batasan-batasan atas keefektifan reaksi-reaksi tersebut. Ada juga resiko yang disebabkan oleh semburan kemarahan yang bisa mengubah si korban menjadi algojo, dan akhirnya membuat situasi yang sudah buruk menjadi semakin parah dan bukannya menjadi semakin baik.
Rasa bersalah acapkali memiliki dua makna. Rasa bersalah bisa “menguatkan atau melumpuhkan.” Saat kita menyadari tanggung jawab kita sendiri, kita harus mengakui rasa bersalah itu dan kemudian mengungkapkannya dengan kata-kata. Kita juga harus mengambil langkah-langkah yang memungkinkan kita untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dimasa yang akan datang. Ini adalah peluang-peluang lain untuk bertumbuh, untuk menjadi lebih bersifat manusiawi. Namun, merasa bersalah secara terus-menerus, hanya membuat keadaan semakin buruk.
Juga tidak ada alasan untuk membiarkan diri sendiri terus tersudutkan oleh tuduhan-tuduhan orang lain. Tentu saja, ada semacam tanggung jawab orang lain atas kemalangan yang menimpa kita. Tetapi menuduh mereka saja, tidak akan bisa menjadikan kita selangkah lebih maju. Berbicara dengan mereka kadangkala mungkin bisa memberikan kita keadilan, kompensasi, atau bahkan ganti rugi. Tetapi seringkali, hal itu mustahil terjadi. Orang yang bisa selalu “melangkah kedepan” adalah orang-orang yang bisa beralih dari menuduh menjadi “mengampuni.”
Reaksi-reaksi Lain Yang Mungkin Terjadi
Suatu ketika ada sebuah kompetisi senam lantai yang di siarkan di televisi lewat acara Olimpiade di Atena. Seorang atlet pesenam dari Cina membuat kesalahan di nomor balok keseimbangan. Ia membuat timnya kalah dan kehilangan harapan untuk beroleh medali. Tetapi ia tetap membungkuk memberi hormat kepada juri dan para penonton sambil tersenyum lebar. Bahkan wartawan dari Eurosport meliput peristiwa tersebut.
Tersenyum dalam ketidakberuntungan? Hal yang bagus sebenarnya. Tetapi apakah itu merupakan hal yang benar-benar kita inginkan? Dan selanjutnya, bagaiman kita bisa melakukan hal seperti itu?
Kita benar-benar yakin bahwa hal seperti itu memang diinginkan. Pesenam muda ini mendapat dukungan dari pelatih dan kawan-kawan setimnya. “Lebih mudah memberikan dukungan pada orang yang tersenyum dari pada memberi dukungan kepada orang yang suka mengeluh. Kita semua telah menyadari bahwa orang yang tidak melakukan apa-apa selain mengeluh akan berakhir sendirian.” Tidak ada orang yang mau mendekati mereka dan mendengarkan keluhan mereka selama berjam-jam.
Hal ini tentu saja tidak berhubungan dengan kemalangan, tetapi paling tidak itu bisa mencegah terjadinya kemalangan. Dalam novelnya Mr. Ibrahim and the Flowers of the Koran, Eric-Emmanuel Schmitt bercerita mengenai seorang anak laki-laki Yahudi di Paris. Ditinggal mati oleh ibunya dan kemudian diterlantarkan oleh ayahnya, ia hanya memiliki seorang sahabat, seorang pedagang Arab di lingkungan tempat tinggalnya, pedagang Arab ini dengan bijaksana menyarankan si anak laki-laki ini untuk tersenyum dalam kemalangannya. Suatu pagi, si anak lelaki ini memutuskan untuk menggunakan kesempatan untuk tersenyum pada setiap orang yang ia temui hari itu. Semua orang tiba-tiba nampak menjadi lebih ramah, dan banyak menolongnya. Hari itu ia berhasil mengurangi ketidak beruntungannya. Dan sebagai tambahan, ia menjadi lebih dewasa.
Sebuah senyuman tidak hanya membatasi proporsi kemalangan yang kita semua alami, senyuman akan membuat kita lebih mudah untuk “mengasihi” dan akan menimbulkan lebih banyak “cinta”, dan tidak ada yang lebih penting bagi kita selain dari merasakan cinta. Cinta memberikan kekuatan yang luar biasa. Coba perhatikan seorang pemuda atau seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Kekuatan apakah yang digunakan mereka supaya dapat terus bersama dengan orang yang mereka kasihi! Benar-benar merupakan sebuah pengaturan waktu ajaib yang digunakan untuk menentukan waktu pertemuan meskipun dalam jadwal yang sangat padat. Pengorbanan apa yang diambil supaya mereka tampak menarik dihadapan pasangan mereka! Sungguh merupakan suatu kebahagiaan dalam sebuah penglihatan! Kekuatan ini sangat berguna untuk mengatasi kemalangan kita. Seseorang yang merasa dikasihi akan memiliki “kekuatan untuk berjuang.” Mereka tidak sendirian mengatasi kemalangan. Mereka saling berbagi kekhawatiran mereka, dan menemukan bahwa pertolongan yang dibutuhkan oleh mereka dalam mengatasi kelemahan mereka bisa didapatkan dari orang-orang yang mengasihi mereka.
Keuntungan Orang Percaya
Adalah suatu hal yang pasti bahwa orang percaya itu memiliki keuntungan yang sangat penting. Yaitu bahwa ia “dikasihi oleh Allah.” Ia menyadari hal itu. Alkitab juga mengatakan hal yang sama. Iman yang dimilikinya akan memungkinkan bagi dia untuk menerima kasih karunia itu. Sekalipun ia berada disebuah tempat baru dimana ia tidak memiliki teman sesama manusia, ia akan selalu bisa berpaling pada “Sahabat Kekalnya (Tuhan)” lewat doa. Ia akan menceritakan situasi yang sulit yang sedang dihadapi kepada sahabatnya. Dan dimana saja ia berada, ia akan berusaha untuk bertemu dengan orang-orang yang tidak ia kenal namun dikenal oleh Allah yang akan membantu kesulitan mereka.
Ada sebuah kisah tentang “Bunga” seorang anak laki-laki dari Kongo yang orang tuanya terbunuh di Kinshasa saat sedang mengikuti pawai bertajuk damai. Saat itu mereka diserang oleh tentara. Seorang rohaniawan yang mengenal orang tua Bunga, mengambil anak itu. Dibantu oleh anggota jemaat yang lain, rohaniawan itu secara diam-diam mengirimkan Bunga lewat sebuah kapal menuju Eropa sambil berpesan, “Setibanya engkau di sana, pergilah ke tempat ibadah dan engkau akan menemukan banyak orang yang adalah umat Allah yang pasti akan membantumu.”
Dan itulah yang Bunga lakukan setibanya di Eropa dan ia bertemu dengan seorang rohaniawan salah satu denominasi yang menyambut kedatangannya dan kemudian menceritakan kisah mengenai Bunga. Beberapa keluarga di jemaat saling membantu untuk menyelesaikan masalah kewarganegaraan Bunga yang illegal, kemudian memasukannya ke sebuah sekolah, membuatkannya sebuah tabungan rekening di Bank untuknya. Dan memenuhi setiap kebutuhannya.
Sekarang bunga sudah bekerja di Perancis dan ia menyerahkan kepercayaannya kepada Allah dengan penuh sukacita. Dan ia sekarang mulai berusaha untuk menolong orang-orang muda lainnya yang senasib dengan dia.
Sebenarnya bunga memiliki banyak hal yang bisa ia keluhkan, tetapi ia memilih untuk tidak melakukannya. “Ia mempercayai Allah.” Ia tidak pernah merasa benar-benar sendirian dan iapun bertumbuh ditengah kemalangan hidupnya.
Orang yang bisa bangkit dari kemalangan juga akan menemukan peluang untuk mengakui kesalahan yang diperbuatnya dan menerima pengampunan yang kekal. Dengan begitu, ia juga akan mendapatkan kekuatan untuk mencegah dirinya mengulangi kesalahan yang sama. Ia tidak akan terus merasa harus selalu mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada orang lain.
“Dengan memaafkan dirinya sendiri, ia juga akan belajar untuk memaafkan orang lain. Dan jika ia merasa telah diampuni, maka ia juga akan mampu untuk mengampuni orang lain dengan lebih mudah. Ia akan bertumbuh dan akan menjadi lebih manusiawi.”
Maju Hingga Akhir
Tersenyum dalam kemalangan juga diperuntukan bagi diri kita sendiri agar saat kita mengalami kehancuran, kita tidak akan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kemalangan yang kita alami. Keuntungan tersenyum dalam kemalangan kita memberikan kita kemampuan untuk menganalisa ketidakberuntungan kita dan kemudian membuat kita berjuang melawan alasan-alasan tersebut dan kemudian kita akan disembuhkan.
Sangat penting untuk bereaksi melawan kejahatan, tetapi harus ingat agar kita tidak memberikan reaksi yang justru memperbanyak kejahatan itu. Itulah sebabnya mengapa orang-orang berusaha melakukan cara damai seperti Gandhi dan Martin Luther yang menolak menggunakan kekerasan. Bahkan Juruselamat kita Yesus Kristus yang tidak berdosa itu, rela menanggung penderitaan untuk memikul semua “kemalangan kita” ,sekalipun mereka harus mati karenanya, tapi banyak orang yang menikmati buah-buah perjuangan mereka hingga saat ini, pengorbanan itu tidak sia-sia. Inilah kasih karunia yang perlu kita percayai. Bertahanlah bilamana awan gelap menudungi engkau, dan letakkan pengharanmu hanya kepada Kristus, sampai Ia memberikan kemenangan atas kemalangan dalam hidupmu.
Segala Sesuatu Ada Masanya
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal,
ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan;
ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa;
ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu;
ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;
ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi;
ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit;
ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci;
ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.”
Pengkotbah 3:1-8