[AkhirZaman.org] Gaya pengasuhan seperti apa yang dapat membentuk anak-anak menjadi lebih dewasa dan siap dengan tantangan masa depan mereka ? Penelitian terhadap anak-anak yang berhasil dan cakap melakukan berbagai keterampilan hidup (serta memiliki iman yang hidup) cenderung memiliki orang tua yang memiliki beberapa sifat di bawah ini:
1. Memupuk Kehangatan
“Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”
Kolose 3:21
Orang tua anak-anak yang kompeten cenderung menciptakan suasana keluarga yang hangat. Bagaimana Anda mendefinisikan kehangatan? Bagaimana Anda mengungkapkan cinta, perhatian, dan penegasan akan betapa berartinya seorang anak? Mereka menyediakan waktu untuk berbicara dari hati ke hati dengan anak sehingga anak memahami betapa dirinya sangat berarti, bukan hanya di mata orang tuanya, tetapi juga di mata Allah.
Ada seorang ibu yang menyediakan waktu untuk membicarakan pemikiran-pemikiran berikut dengan anaknya selama berbulan-bulan, sampai anaknya menyadari betapa pentingnya arti perkataan-perkataan tersebut bagi hidupnya. Ibu ini membagikan pemikirannya tersebut, juga untuk membantu setiap orang agar menyadari bahwa mereka berharga.
“Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata…Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya. Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.”
Amsal 31:10, 26-29
Walaupun mereka anak-anak, tetapi mereka juga memiliki berbagai macam masalah, seperti; membicarakan tentang teman-teman, tugas-tugas sekolah, sampai kepada ketertarikan kepada lawan jenis, masalah-masalah ini jika tidak di cermati oleh orang tua dengan baik, maka anak-anak akan mengikuti naluri/jalan pikiran mereka sendiri yang belum berpengalaman dan cenderung salah. Oleh sebab itu komunikasi yang harmonis dengan seorang orang tua, dapat menolong mereka untuk mengambil keputusan yang tepat dan mengetahui jalan yang benar yang harus mereka ambil. Selain itu juga dapat membantu membangun kepercayaan anak kepada orang tua.
Olahraga bersama, rekreasi dan makan diluar bersama-sama, adalah kegiatan ekstra yang dapat membantu membangun kehangatan diantara anggota keluarga. Belajar Firman Tuhan bersama-sama juga dapat menolong mereka untuk memahami kasih Allah bagi mereka.
2. Menjelaskan Peraturan-Peraturan
“Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”
Efesus 6:4
Seorang anak yang kompeten biasanya berasal dari keluarga yang memiliki peraturan khusus mengenai hal-hal penting. Anak harus dapat memahami peraturan-peraturan yang ada, mengetahui tujuannya, juga konsekuensi jika melanggarnya. Orang tua memberi anak kesempatan untuk berlatih dengan mendiskusikan pelanggaran yang terjadi dan juga tentang apa yang orang tua harapkan dari anak-anak pada masa depan. Simak apa yang dikatakan Jack dan Judith Balswick tentang pola pengasuhan ini.
“Ada beberapa pola pengasuhan yang mendorong pertumbuhan dan memberdayakan anak. Namun, ada pula beberapa pola lain yang menghambat atau menghalangi pertumbuhan, baik dengan memupuk ketergantungan atau menuntut sikap kemandirian yang terlalu dini.”
Dengan memahami berbagai pola pengasuhan, orang tua akan tahu perbedaan antara pola pengasuhan yang mengizinkan anak melakukan segala sesuatu (permisif) dan yang membatasi (restriktif). Orang tua yang menyetujui pola pengasuhan permisif, tanpa menolak penerapan pendisiplinan terhadap anak, menekankan bahwa kebutuhan terbesar anak ialah kehangatan dan rasa aman. Mereka yang berpegang pada pola pengasuhan restriktif, tanpa mengabaikan kasih orang tua, menekankan bahwa kebutuhan utama anak ialah disiplin, tanggung jawab, dan penguasaan diri.
Dalam ratusan penelitian yang dilakukan terhadap pola pengasuhan selama tiga puluh tahun terakhir, ada dua faktor yang muncul sebagai unsur paling penting dalam pengasuhan yang baik, yakni “kendali dan dukungan orang tua.” Istilah kendali orang tua berarti Anda, selaku orang tua, secara aktif memberikan petunjuk, menentukan batasan, mengarahkan, dan juga mengarahkan kembali tingkah laku anak ke arah yang diharapkan. Istilah dukungan orang tua mengacu pada peneguhan, dorongan semangat, dan dukungan yang Anda berikan agar anak-anak merasa yakin bahwa mereka diterima dan diperhatikan.
Sebagian orang tua mengajarkan tingkah laku yang benar dengan sangat baik, tetapi tidak begitu baik dalam menerapkannya sendiri. Kenyataannya, mereka berkata kepada anak-anak mereka, “Lakukan apa yang kukatakan, bukan apa yang kulakukan.” Anak-anak jelas akan merasa muak kalau orang tua mereka sendiri gagal menjalankan standar yang mereka ‘khotbahkan’. Anak-anak yang melihat ketidaksesuaian ini dapat bersikap tidak hormat atau memberontak ketika orang tua menyampaikan tuntutan mereka.
Sebaliknya, orang tua yang memberi teladan hidup yang benar, tetapi tak pernah memberi penjelasan mengapa mereka memilih nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mereka pegang, juga kurang baik. Orang tua perlu membimbing, memberikan sarana, dan juga dorongan pada anak-anak dengan menyediakan waktu untuk menjelaskan alasan suatu tindakan yang diharapkan dari mereka. Yang kita cari di sini ialah keseimbangan, yang mungkin paling baik digambarkan sebagai peran pendisiplinan.
Kadang kala, cara anak-anak kita memberi tanggapan dapat menjadi cerminan tentang apa yang kita ajarkan kepada mereka. Kita takkan pernah tahu sampai di mana tindakan kita dapat memengaruhi mereka.
Ada sebuah cerita;
Seorang pendeta menceritakan suatu kejadian saat ia memundurkan mobilnya keluar dari garasi dan mendengar suara benda patah. Ia berhenti dan mendapati pancing kesayangannya patah menjadi dua.
Ia berjalan masuk ke dalam rumah dan bertanya, “Siapa yang memakai pancing Ayah?”
“Saya, Yah,” kata anak laki-lakinya yang berusia 5 tahun.
“Lihatlah sekarang,” katanya sambil mengangkat kedua patahan pancing itu.
“Saya memakainya untuk bermain lalu menyandarkannya di pintu garasi. Saya lupa mengembalikannya.”
Sang ayah sadar apa yang terjadi. Ia tidak senang dengan kondisi itu, tetapi ia tidak ingin menyesali nasi yang telah menjadi bubur, yakni patahnya pancing itu.
“Terima kasih, Nak. Kau telah mengaku pada Ayah,” katanya dengan tenang sambil kembali ke mobilnya.
Lalu, pendeta itu berkata pada jemaatnya, “Saya tidak memikirkan hal itu lagi, tetapi dua hari kemudian, istri saya mengatakan bahwa ketika ia dan anak laki-laki kami pergi ke toko, anak saya berkata, ‘Bu, aku harus membelikan Ayah alat pancing baru. Aku telah mematahkannya. Ini uangku.’ Ia menyerahkan uang tabungannya sebesar 2 dolar kepada ibunya.”
“Kau baik sekali mau mengganti alat pancing Ayah,” kata ibunya. “Namun, kau tak perlu melakukannya.”
“Aku ingin menggantinya, Bu,” katanya.” Apalagi aku telah memahami satu hal. Aku sadar Ayah menyayangiku lebih dari ia menyayangi alat pancingnya.” Orang tua seperti apakah Anda?
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”
Kolose 3:12-13
3. Ciptakan Suatu Konsistensi
Orang tua dari anak-anak yang kompeten punya tingkat daya tahan emosional yang sehat dan tak mudah terjerat. Konsistensi dari pihak orang tua merupakan faktor yang menentukan anak dapat mengharapkan orang tua menjalankan peraturan yang sama dan melaksanakan harapan mereka terhadap anak. Pola ini akan memberi kemantapan kepada anak.
4. Membuat Keputusan Secara Demokratis
Saya tidak tahu bagaimana perasaan Anda tentang proses pembuatan keputusan, tetapi telah ditemukan suatu penemuan yang konsisten pada penelitian tentang pola pengasuhan yang berhasil. Di situ terlihat bahwa pembuatan keputusan yang demokratis sangatlah efektif. Anak-anak diberi kesempatan untuk ikut memberikan pendapat dan didorong untuk memandang sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda. Hasilnya: anak-anak mampu berpikir sendiri.
Orang tua yang menahan diri untuk tidak sedikit-sedikit membantu anak-anak akan mendorong anak-anaknya menjadi mandiri. Caranya, anak-anak diberi tanggung jawab dalam hal pekerjaan rumah tangga sesuai usia mereka.
5. Mengajarkan Keterampilan-Keterampilan Sosial
Orang tua dari anak-anak yang kompeten memberi penekanan kuat dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat kepada anak-anaknya. Mereka cukup tegas dalam mengajar dan membimbing anak-anak sejak dini. Rasa hormat, sopan santun, dan penguasaan diri terhadap amarah merupakan hal-hal yang harus diajarkan kepada anak. Interaksi antarsaudara tidak boleh melibatkan kata-kata maupun tindakan kasar satu sama lain.
Tidak ada salahnya untuk mengajari anak-anak keterampilan-keterampilanan yang sederhana, seperti; memasak, mencuci pakaian, bermaian musik, bahkan membantu pekerjaan orang tuanya; berkebun, bertukang, memperbaiki alat-alat elektronik, merawat orang sakit dan masih banyak yang lainnya. Cara seperti ini dapat membantu anak-anak untuk mandiri, jika suatu hari nanti mereka harus terpisah dari rumah mereka.
6. Mendorong Perbedaan Pendapat
Unsur terakhir yang satu ini dijabarkan oleh Dr. Elizabeth Ellis.
“Akhirnya, keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak-anak yang sehat merupakan keluarga yang mengembangkan perbedaan pendapat secara sehat. Apabila orang tua menekankan kemandirian, usaha memenuhi kebutuhan sendiri, dan pembuatan keputusan yang demokratis, anak-anak dapat bersikap sesuai kehendak mereka sendiri. Mungkin mereka akan sedikit memberontak di luar rumah atau menentang atasan mereka. Mungkin ada kalanya guru-guru mereka tidak senang akan hal ini karena acap kali mereka lebih pandai berimajinasi dan menyatakan gagasan-gagasan baru. Mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh tekanan kelompok, tetapi lebih didorong oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam diri mereka sendiri.”
Ada dampak yang tidak baik jika orang tua terlalu memaksakan keinginannya kepada anak-anak mereka. Secara sikologis mereka mengalami tekanan, bahkan dapat menghambat kemandirian mereka. Mereka akan cenderung bergantung pada keputusan orang-orang tua mereka dan tidak dapat berkembang secara maksimal. Tetapi bilamana perbedaan pendapat mereka dihargai dan diterima, dapat menolong mereka untuk mengembangkan potensi mereka dan lebih percaya diri ketika mereka menjadi diri mereka sendiri.
Tuhan memiliki maksud yang indah bagi mereka, untuk menjadikan mereka perkakas yang mulia di dalam bait-Nya, sekalipun masing-masing mereka berbeda, adalah tugas orang tua untuk memahami dan membentuk mereka sesuai dengan kehendak-Nya.
“Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi.”
Ulangan 14:2