“Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitahuanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita”
(Titus 2:7-8).
[AkhirZaman.org] Sang pendeta merasa terganggu oleh keributan anak-anak sementara dia berkhotbah. Yang membuat situasi parah yaitu anak-anak itu adalah keluarganya sendiri. Akhirnya dia harus berhenti berkhotbah lalu berkata kepada anak-anak itu bahwa mereka akan dihukum setelah khotbah selesai. Anak-anak pun terdiam bersama yang lain. Akhirnya khotbah itu pun selesai dan acara pun selesai juga. Makan siang hari Sabat itu lezat. Para tamu gereja gembira dan santai. Sabat itu benar-benar menjadi hari Sabat yang penuh kesukaan.
Petang harinya suasana rumah pendeta penuh kegembiraan. Putri kecil sang pendeta, sementara merasa senang dan santai, menghampiri ayahnya dan berbicara, “Ayah,” katanya. “Ya sayang?” sahut sang ayah. “Tadi ayah bilang akan menghukum saya tapi ayah tidak lakukan. Ayah berbohong!”
Tidak perlu dipertanyakan lagi, integritas lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Yang “terbaik” di antara kita pun terkadang mudah jatuh jika tidak waspada. Sungguh, adalah amat mudah untuk berkompromi dalam “hal-hal yang terkecil”.
Ada banyak cobaan di sekeliling kita yang seringkali dapat menjerumuskan kita ke dalam kompromi moral. Tidaklah sulit bagi seseorang yang sedang dalam tugas perjalanan untuk memanipulasi resi pengeluaran agar dapat mengambil untung. Tidaklah sult bagi seseorang untuk “mengintip” pornografi sebentar saja di internet. Tidak sulit bagi kita untuk menipu pajak. Tidak sulit bagi kita untuk menjadi gelojoh. Tidak sulit bagi kita untuk menyontek sewaktu ujian. Tidak sulit bagi kita untuk… dan seterusnya.
Bacalah kisah pengalaman Yusuf (Kejadian 39:6-12), Daud (1 Samuel 24:1-10), dan Daniel (Daniel 6:1-10). Betapa mudahnya mereka untuk melanggar integritas mereka. Apakah yang dapat kita pelajari dari kisah-kisah ini? Sementara membaca kisah pengalaman itu, renungkan latar belakang cobaannya, bayangkan semua tekanan yang mereka alami, dan cermati bagaimana sebenarnya mudah bagi mereka untuk mencari alasan membuat pilihan yang lain.
Jika kita jujur pada diri sendiri, banyak di antara kita yang akan mengakui bahwa kadang-kadang kita kurang terbuka dalam beberapa hal. Kadang-kadang kita tidak akan berdusta, namun kita tidak mengatakan yang sebenarnya. Kadang-kadang kita percaya bahwa keterbukaan tidak akan memperbaiki situasi. Dan hal ini dapat terjadi pada banyak segi kehidupan kita. Dalam keadaan yang bagaimanakah kita terkadang memilih suatu tindakan yang kurang tepat agar bisa lebih cepat. Manakah yang lebih mudah dilakukan, tepat atau cepat?
Coba ingat seseorang yang bukan tokoh Alkitab, dari buku sejarah atau berita media atau seorang teman yang Anda anggap sebagai seseorang yang memiliki integritas. Sifat-sifat apakah yang dimilikinya yang Anda ingin miliki juga? Bagaimanakah caranya agar Anda dapat meniru sifat-sifat tersebut dalam hidup Anda?